Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
UPAYA untuk mengimbangi calon tunggal di sembilan daerah pada pilkada serentak 2017 dengan kotak kosong memang gagal membuahkan hasil.
Perjuangan para pegiat demokrasi untuk menghidupkan demokrasi memang tak mudah.
Kotak kosong dalam pilkada menjadi fenomena menarik karena dukungan riil calon kepala daerah tunggal oleh rakyatnya diuji.
Hal itu terbukti di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, ketika perlawanan sengit ditunjukkan oleh relawan kotak kosong hingga menjadikan calon tunggal Haryanto-Saiful Arifin gamang.
Keberadaan kotak kosong di pilkada antara ada dan tiada.
Ada karena memang diberikan ruang sebagai pilihan bersanding dengan calon tunggal, tetapi tiada karena keberadaannya tidak diakui sebagai peserta pemilu.
Karena tidak adanya regulasi yang jelas itulah, relawan kotak kosong harus berjuang sendiri dalam menghadapi kekuatan calon tunggal.
"Awalnya menghadapi berbagai tantangan dari serangan psikologis hingga fisik ketika kami pertama kali menggulirkan kotak kosong sebagai pilihan bagi rakyat yang tidak sepaham calon tunggal," kata Ketua Aliansi Kawal Demokrasi Pilkada (AKDP) Pati Sutiyo.
'Serangan', imbuh dia, juga datang dari berbagai pihak termasuk KPU, Panwas, dan aparat.
Ketika akan deklarasi kotak kosong, mereka dicegah dengan berbagai alasan seperti tidak ada aturan hukum hingga pelarangan kegiatan. Pun ketika akan melakukan kampanye.
"Belum lagi ancaman fisik. Kami beberapa kali diancam akan dibunuh karena getol menyuarakan kotak kosong," kata Sutiyo.
Tak mengherankan jika dengan rintangan serumit itu, kemenangan kotak kosong masih sebatas keinginan.
Semua calon tunggal yang berkontestasi di pilkada serentak 15 Februari lalu melenggang.
Namun, setidaknya calon tunggal mendapatkan perlawanan cukup berarti. Di Pati, misalnya, hasil rekapitulasi sementara menunjukkan 177.682 warga atau 25,48% menjatuhkan pilihan pada kotak kosong dan 519.688 orang (74,52%) memilih Haryanto-Saiful.
Menurut pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang, Hakim Alif Nugroho, tingginya perolehan suara kotak kosong di Pati karena kawasan tersebut banyak pemilih rasional.
Di Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara, warga yang jatuh hati pada kosong bahkan mencapai 28,61% berbanding 71,39% dari total 59.868 pemilih yang memilih Umar Zuanidi Hasibuan-Oki Doni.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU)Medan, Arifin Saleh Siregar, menilai pilkada melawan kotak kosong sebenarnya memalukan. Hal itu menunjukkan keterbatasan sumber daya ataupun calon pemimpin di daerah.(AS/PS/X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved