Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Perlu Langkah Luar Biasa dari Basuki Tjahaja Purnama

Arif Hulwan
20/12/2016 18:37
Perlu Langkah Luar Biasa dari Basuki Tjahaja Purnama
(ANTARA)

JIKA tak ada hal luar biasa yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama, gubernur petahana itu akan kalah telak dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Sebabnya, sentimen irasional warga masih kuat. Sementara, sosok pesaing dianggap sebagai antitesis.

"Dalam politik, kemungkinan selalu ada. Namun, ini perlu keadaan luar biasa yang tak terbayangkan, sebutannya gempa atau tsunami politik. Yang tadinya anti-Ahok menjadi sebaliknya. Kalau tidak bisa, keadaannya masih sama. Ini tantangan bagi Ahok," ujar Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) , Ardian Sopa, di kantornya, Jakarta, Selasa (20/12).

Ini didasarkan atas penelitian lembaganya terhadap elektabilitas tiga calon gubernur di lima lembaga survei, periode November-Desember. Yakni, LSI Denny JA, LSI, Poltracking, Charta Politika, dan Indikator. Kesimpulannya, Pilkada DKI akan berlangsung dua putaran.

Urutan tingkat elektabilitas rata-rata itu, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (29,58%), Basuki Tjahaja Purnama (27,2%), dan Anies Baswedan (23,82%). Lantaran tidak ada yang mencapai angka lebih dari 50%, putaran kedua jadi keniscayaan.

Menurut Ardian, ada keunikan pada survei tentang peluang di putaran kedua. Bahwa, Basuki akan selalu kalah telak dengan selisih suara 15% dari siapapun kompetitornya di putaran kedua itu.

Rinciannya, jika Basuki melawan Agus, hasilnya 29,1% berbanding 46,1% suara. Jika Basuki melawan Anies, hasilnya 27,6% berbanding 45,3%. Namun, masih ada yang belum memutuskan atau masih merahasiakannya, yakni sebanyak 24,8% di pertarungan Basuki vs Agus, dan 27,1% di kompetisi Basuki vs Anies.

Ardian menyebut, pemilih Agus dan Anies akan saling bertukar suara pendukung jika pilihannya tak lolos putaran kedua. Mereka yang memindahkan suara kepada lawan Basuki itu ialah pemilih beragama Islam (85%), berpendidikan SMA ke bawah (80%), etnis Betawi dan Jawa (70%), berpenghasilan Rp3,5 juta ke bawah (65%), dengan gender yang berimbang.

Menurutnya, sentimen 'asal bukan Ahok' masih kuat di masyarakat. Warga belum mencapai titik jenuh kasus penistaan agama, serta tak mempan dengan permainan korban (play victim) oleh Basuki dan tim suksesnya. "Sentimen itu masih ada, dan sangat terbaca jelas," aku dia.OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya