Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PEMILIH dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 terpecah menjadi dua golongan; pemilih emosional dan pemilih rasional. Pemilih yang mengedepankan emosional, saat ini dinilai cukup tinggi.
Analis Psikologi Politik Irfan Aulia mengatakan, pada kenyataannya, pemilih yang mengedepankan emosional pasti akan terus ada di setiap pemilu. Sebab, para pemilih emosional memilih dipandu oleh alam bawah sadar mereka, simbol-simbol yang lekat di pikiran mereka.
"Mau tidak mau, kenyataannya seperti itu," ungkap Irfan dalam dialog Prime Time News di Metro TV, Selasa (29/11).
Tingkat elektabilitas calon petahana Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat saat ini harus menerima kenyataan itu. Musababnya, kasus dugaan penistaan agama cukup menjegal jalan keduanya untuk kembali memimpin Ibu Kota.
Irfan mengatakan, kasus yang menyeret Ahok ini, ibarat musik. Ahok, kata dia, ibaratnya tengah memainkan nada yang kurang tepat, sehingga, masyarakat tersentak dan mengalihkan pilihan mereka.
"Ini menyebabkan, ketika ada survei pada momentum ini, suka tidak suka atau mau tidak mau, kita lihat ada peralihan," papar dia.
Sementara itu, pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya juga mengakui, pemilih yang mengedepankan emosional tidak dapat dipungkiri begitu saja. Tim sukses Ahok-Djarot, harus memerhatikan hal ini.
"Itulah realitas, tapi harus diterima oleh Ahok bahwa tidak semua pemilih rasional," tegas dia.
Toto, sapaan Yunarto, mengatakan, di Amerika Serikat saja, faktor primordial itu masih diterima. Harus diingat dan dipelajari, bahwa pemilih independen tidak berdiri sendiri.
Mereka, para pemilih emosional, kata Toto, akan bergantung pada isu besar apa yang mengelilingi mereka. Isu dugaan penistaan agama ini harus diakui jadi salah satu faktor yang paling memengaruhi para pemilih rasional.
Kemarin, lembaga survei Charta Politika menempatkan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni pada posisi pertama dengan presentase 29,5%. Posisi kedua disusul pasangan Ahok-Djarot dengan presentase 28,9%. Dan posisi terakhir Anies-Sandi dengan 26,7 %. Sedangkan yang tidak menjawab sebesar 14,9 %.
Survei ini dilakukan pada 17-24 November 2016 atau setelah Ahok berstatus sebagai tersangka. Jumlah sampel sebanyak 733 dari 800 yang direncanakan. Metode acak bertingkat dengan margin error 3,5% dan tingkat kepercayaan 95%. (MTVN/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved