Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
PENSIUNAN diplomat Indonesia Dino Patti Djalal mengaku sulit menerima kesimpulan bahwa diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan meninggal dunia karena bunuh diri.
Dino mengungkapkan sejumlah alasannya sulit menerima kesimpulan tersebut. Pertama, ia menilai metode bunuh diri yang diduga dilakukan oleh Arya Daru sangat tidak lazim. Diketahui, Arya Daru ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di indekosnya.
"Biasanya kalau orang mau bunuh diri itu, dia memilih cara yang konvensional, yang tidak menyengsarakan dirinya dan ini, walaupun saya tidak bisa sebutkan secara grafis, tapi kita tahu semua apa itu. Pertama kali saya mendengar bahwa dia bunuh diri dengan cara lakban, saya mengatakan tidak pernah seumur hidup saya mendengar orang bunuh diri dengan cara lakban. Jadi ini suatu tanda tanya yang besar sekali," kata Dino melalui keterangannya, Sabtu (9/8).
Alasan yang kedua, kata Dino, Arya Daru akan ditugaskan di Finlandia, salah satu negara idaman bagi diplomat Indonesia. Sebagai diplomat, ia paham sekali ketika ditugaskan di luar negeri merasa sangat antusias, penuh gairah dan gelora hidup, karena akan membuka lembaran baru dalam hidupnya dan karirnya di luar negeri.
"Jadi dari segi ini, psikologi ini tidak cocok sekali dengan psikologi orang yang mengalami depresi, yang mau bunuh diri. Kalaupun dia mengalami masalah pribadi atau pekerjaan di dalam negeri, diplomat yang mau posting itu akan merasa Alhamdulillah saya akan meninggalkan semua beban itu di belakang saya, karena saya akan posting di tempat yang indah di luar negeri. Jadi dari segi itu, teori bunuh diri ini juga tidak masuk akal," katanya.
Alasan berikutnya ialah orang yang mau bunuh diri, apalagi orang yang sangat dekat dengan istri dan anak-anaknya pasti akan meninggalkan pesan pribadi bagi keluarganya. Ia menilai tidak mungkin Arya Daru hilang begitu saja kalau begitu mencintai keluarganya.
"Dalam hal ini, tidak ada satupun pesan kematian yang ditinggalkan oleh Aryadaru kepada istri maupun kepada anak-anaknya," katanya.
Alasan berikutnya, ponsel Arya Daru yang hilang dan tidak pernah ditemukan sampai sekarang juga menimbulkan tanda tanya besar. Ia menilai ketika ada orang mau bunuh diri, biasanya tidak akan melepas ponsel.
"Kadang mungkin dia akan mengecek seluruh hal-hal yang ada di dalam HP itu dan mungkin dia juga akan melakukan komunikasi terakhir melalui HP itu," katanya.
Terakhir, Dino menduga ketika sidik jari orang lain tidak ditemukan, HP juga tidak ditemukan, dan juga CCTV rekamannya tidak penuh lengkap menimbulkan kesan ini merupakan suatu pembunuhan yang direncanakan secara rapi.
"Saya mohon kasus ini tetap dibuka, tidak ditutup secara total dan polisi terus mencari bukti-bukti atau penemuan baru sehingga bisa secara akurat menjelaskan kematian Arya dalam situasi yang sangat janggal ini," katanya. (faj/M-3)
Komnas HAM mengimbau Kepolisian tetap membuka kemungkinan untuk mengajukan peninjauan kembali terhadap kasus kematian diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan.
Penting bagi aparat kepolisian untuk lebih terbuka dalam menjelaskan motif di balik aksi dugan bunuh diri diploman Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan.
ANGGOTA Komisi III DPR RI Abdullah meminta polisi serius mempertimbangkan masukan dari pihak keluarga melanjutkan penyelidikan kematian diplomat Kemenlu Arya Daru Pangayunan
Burnout merujuk pada kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan.
Keluarga Arya Daru Pangayunan meyakini bahwa diplomat Kemlu itu tidak bunuh diri.
Kompolnas pun ikut turun tangan untuk menyelidiki kasus kematian diplomat Kemenlu Arya Daru Pangayuan, berikut temuan Kompolnas
Kapolri mengatakan penelitian dilakukan secara mendalam. Agar, nanti saat disimpulkan berdasarkan scientific crime investigation (SCI).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved