Pengamat Soroti Penyebutan Serakahnomics Presiden Prabowo

Despian Nurhidayat
29/7/2025 08:23
Pengamat Soroti Penyebutan Serakahnomics Presiden Prabowo
Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an(Dok Arus Survei Indonesia)

PRESIDEN Prabowo Subianto tercatat dua kali menyebut istilah “serakahnomics” pada dua momentum berbeda, pertama di acara penutupan Kongres PSI 2025 di Surakarta, sementara yang kedua di dalam perayaan Harlah ke-27 PKB di JCC Senayan, Jakarta. 

Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an, menilai bahwa ungkapan Presiden Prabowo itu bukanlah sekadar candaan, namun ada pesan politik sangat penting yang hendak disampaikan kepada publik.

“Kalau sampai disampaikan dua kali di momentum acara yang berbeda, pastinya ada pesan politik yang maha penting,” kata Ali Rif’an dilansir dari keterangan resmi, Senin (28/7). 

Menurut Ali, setidaknya ada tiga pesan penting yang hendak disampaikan Prabowo. Pertama, yakni semangat perang melawan korupsi. Hal ini mengingat korupsi menjadi masalah sangat krusial di Indonesia, karena berdasarkan data BPS 2024, Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia masih sebesar 3,85 pada skala 0 sampai 5.

“Tentu yang pertama, Pak Prabowo memberikan pesan penting perang melawan korupsi. Prabowo yakin negara akan sulit maju jika korupsi masih ada di mana-mana. Apalagi indeks korupsi kita juga masih tinggi,” terang pria yang juga Dosen FISIP UIN Jakarta tersebut.

Yang kedua, menurut Ali Rif’an, istilah “serakahnomics” juga dinilai sebagai upaya Presiden Prabowo mengatasi ketimpangan dan sebagai bentuk keberpihakan pada rakyat kecil. Hal itu karena Prabowo kaget betul misalnya dengan kasus beras oplosan yang merugikan negara hingga Rp100 triliun. 

“Bukan sekadar retorika politik. Namun ada pesan tentang upaya mengatasi ketimpangan dan keberpihakan pada rakyat kecil. Ini cara Presiden untuk menyindir para pelaku bisnis dan kekuasaan yang tamak, mengeruk untung banyak sembari menindas rakyat kecil, bahkan disebut sebagai vampir ekonomi yang menghisap darah rakyat,” tambah Ali Rif’an.

Sementara yang ketiga, menurut Ali, adalah semangat menggenjot pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena ada ketimbangan yang lebar, misalnya ada data yang menyebutkan bahwa 10 persen orang terkaya di Indonesia menguasai sekitar 60 persen kekayaan nasional. Padahal jika merujuk pada studi Dana Moneter Internasional (IMF) disebutkan, kalau misalnya pendapatan hanya meningkat di kelompok orang kaya, pertumbuhan ekonomi justru akan melambat.

“Yang ketiga adalah semangat menggenjot pertumbuhan ekonomi, ini menarik karena ada data yang menyebutkan jika pendapatan hanya meningkat di kelompok orang kaya, maka pertumbuhan ekonomi justru mengalami pelambatan. Jadi Presiden Prabowo punya visi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan melakukan pemerataan pendapatan,” tambahnya.

Ali berharap pesan politik Presiden Prabowo itu juga dipahami dan diikuti oleh para pembantunya sehingga orkestrasi untuk perang melawan korupsi, mengatasi ketimpangan, dan upaya penggenjot pertumbuhan ekonomi, bisa berjalan beriringan dan akseleratif.

“Ya catatan saya, ini harus menjadi pemahaman dan atensi penting bagi para pembantu presiden, supaya orkestrasinya seirama,” pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya