Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Rivalitas Pilkada DKI Kian Dinamis

Nuriman Jayabuana
13/11/2016 17:03
Rivalitas Pilkada DKI Kian Dinamis
(ANTARA/ROSA PANGGABEAN)

PERSAINGAN politik menuju kursi DKI satu semakin dinamis. Pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat masih mengungguli pesaing lainnya. Tapi, terjadi dinamika yang cukup signifikan pada elektabilitas penantang.

“Angkanya menunjukan Ahok-Djarot memang masih unggul. Tapi ada yang menarik, Agus Silvi melonjak dan Anies-Sandi tertahan,” ujar Direktur Eksekutif Indocon Fajar Nursahid saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Minggu (13/11).

Lembaga survei Indocon mengumumkan hasil risetnya yang menunjukan elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 30,1 persen. Agus-Silvi menempel ketat di bawahnya dengan tingkat keterpilihan sebesar 26,4 persen. Sementara itu, raihan dukungan untuk Anies-Sandi cukup stagnan tertahan di posisi 21,6 persen.

Sisanya sebanyak 22 persen responden masih belum menentukan dan belum terbuka menetapkan pilihan. “Hasil survey kami menunjukan umumnya masyarakat berpandangan moderat soal kepemimpinan minoritas. Etnis relatif sama sekali tidak menjadi soal,” ujar Fajar. Sebab menurutnya peta dukungan setiap pasangan ternyata relatif menyebar merata berdasar kategori etnis.

Survei tersebut, ujar Fajar, melibatkan sebanyak 575 responden pemilih yang terdftar di DKI. Pengumpulan data dilakukan secara acak atau berdasar metodemultistage random sampling terhadap 60 kelurahan yang ada di DKI. “Margin of error 4,03 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen,” ujar dia.

Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies J Kristiadi mengungkapkan persaingan pada pilgub DKI masih begitu panjang. Menurutnya masih memungkinkan terjadi dinamika pada persebaran dukungan.

Ia mengumpamakan dinamika tersebut seperti apa yang terjadi pada kemenangan Donald Trump di AS. “Kekeliruan yang dilakukan banyak lembaga polling di Amerika itu sebenarnya bisa jadi pembelajaran. Terbukti kan 90 persen hasil lembaga survei di sana itu sekarang keliru semua,” ujar dia.

Kristiadi menyatakan sejak awal masa kampanye seluruh lembaga survei mengunggulkan Hillary Clinton sebagai pemuncak elektabilitas negeri Paman Sam. “Sejak awal semua lembaga polling menghajar Trump. Tapi itu bisa jadi refleksi untuk berpikir, sebenarnya apa yang salah ya sama metodologi lembaga survei, pasti ada yang kurang,” ujar dia.

Dia meyakini seluruh masyarakat DKI sudah sejak awal memegang preferensi tersendiri sebelum berpartisipasi dalam penyelenggaraan pilgub. “Masyarakat pasti punya preferensi sendiri sendiri dan saya melihat persaingan akan semakin ketat di DKI. Tapi, saya berharap sekencang atau sedinamis apa pun peta persaingan di DKI, harus diingat siapapun yang menang itu nantinya pilihan masyarakat.” OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya