Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Survei IndEX: Elektabilitas Gerindra Terus Naik, PDIP Stagnan

Mediaindonesia.com
06/5/2023 21:40
Survei IndEX: Elektabilitas Gerindra Terus Naik, PDIP Stagnan
Hasil survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research(MI/HO)

PETA partai politik kian dinamis dalam beberapa waktu belakangan. Gonjang-ganjing seputar penolakan tim Israel pada Piala Dunia U-20 memicu perubahan konstelasi baik dalam hal pencapresan maupun pertarungan partai-partai.

Temuan survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan elektabilitas PDIP belum pulih setalah anjlok dari 18,5 persen pada survei Desember 2022 menjadi 15,2 persen pada akhir Maret 2023. Kini cenderung stagnan sebesar 15,5 persen.

Pada survei Desember 2022 jarak elektabilitas Gerindra dengan PDIP masih terpaut cukup jauh, lalu terjadi kenaikan dari 12,0 persen menjadi 13,8 persen pada Maret 2023. Gerindra terus mempersempit selisih elektabilitas dengan raihan sebesar 14,6 persen.

“Gerindra terus mengalami kenaikan elektabilitas, sedangkan PDIP cenderung stagnan dan semakin ditempel ketat oleh Gerindra,” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (6/5).

Menurut Vivin, tren elektabilitas pasca-batalnya Piala Dunia mengancam upaya PDIP untuk kembali menang. “Gerindra yang mengusung Prabowo sebagai capres berpeluang menggeser PDIP dan menjadi pemenang pemilu,” helas Vivin.

Selepas heboh Piala Dunia, Gerindra memperoleh momentum dengan dukungan kuat dari Presiden Joko Widodo dan partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) maupun koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR). Wacana untuk menggabungkan ke dalam koalisi besar pun mencuat.

“Prabowo muncul sebagai capres terkuat dari koalisi besar, sehingga berpotensi menjadi penantang PDIP yang mengusung Ganjar,” jelas Vivin. Koalisi besar sendiri menawarkan PDIP untuk bergabung, membuka rivalitas dalam memperebutkan tiket capres, antara Prabowo ataukah Ganjar.

Golkar yang memimpin KIB berada pada peringkat tiga besar, dengan elektabilitas sebesar 8,1 persen. 

KIB awalnya dibentuk pada 2022 ldan disebut-sebut menjadi sekoci bagi Jokowi untuk mengusung Ganjar, di tengah ketidakjelasan sikap PDIP saat itu. Sikap PDIP yang kini resmi mencapreskan Ganjar membuat landasan terbentuknya KIB pun seolah-olah runtuh.

“Tidak heran jika kemudian Golkar bermanuver mendekati partai-partai lain, seperti Gerindra dan bahkan Demokrat,” ujar Vivin. 

Demokrat tergabung dalam Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres elektabilirasnya mencapai 7,0 persen.

Disusul berikutnya oleh PKB (6,6 persen), Partai Solidaritas Indonesia (6,1 persen), dan PKS (5,2 persen). PKB tergabung dalam KIR, sedangkan PSI menyatakan ingin masuk ke dalam koalisi besar, dan PKS menjadi salah satu anggota Koalisi Perubahan.

Demokrat dan PKS sebagai partai-partai oposisi memiliki irisan kepentingan yang sama dengan Anies yang kerap disebut menjadi antitesis Jokowi. 


Sementara itu dua partai pemerintah lainnya  yaitu PPP (2,2 persen) dan PAN (2,1 persen). Belakangan PPP memutuskan untuk mendukung pencapresan Ganjar, sedangkan PAN belum menyatakan sikap yang jelas.

Berikutnya adalah partai-partai baru dan non-parlemen, seperti Perindo (1,4 persen), Gelora (1,1 persen), dan Ummat (0,8 persen). Lalu ada PBB (0,4 persen), Hanura (0,3 persen), dan PKN (0,1 persen). Garuda dan Buruh nihil, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab 26,1 persen.

Survei Index Research dilakukan pada 28 April-2 Mei 2023 terhadap 1200 orang yang dilakukan melalui telepon. Sampel dipilih melalui metode random digit dialing (RDD) atau pembangkitan nomor telepon secara acak. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik