Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Jokowi Harus Tunjukan Posisi Indonesia di Asia Tenggara

Sri Utami
24/10/2021 17:45
Jokowi Harus Tunjukan Posisi Indonesia di Asia Tenggara
Presiden Joko Widodo(Antara )

PUJIAN yang diberikan profesor sekaligus peneliti di National University of Singapore, Kishore Mahbubani kepada Presiden Joko Widodo sebagai pemimpin jenius, dinilai sebagai fakta di mana Jokowi mampu menciptakan kestabilan dengan mengatasi polarisasi. Hal tersrbut dikatakan pengamat hubungan luar negeri  UPH Alexius Djemadu dalam program diskusi daring Crosscheck, Minggu (24/10).

"Penilaian Kishore Mahbubani patut diapresiasi. Dia menggunakan dasar yang cukup kuat karena dia menggunakan indikator objektif yang semua bisa kita lihat. Ada dimensi komparatif terhadap pemimpin lain, dia bandingkan dengan Joe Biden yang belum bisa melakukan komparasi politik dan belum mampu mengatasi polarisasi di Amerika lalu Jokowi bisa merangkul kestabilan," terangnya. 

Baca juga: Dua Tahun Pemerintahan Jokowi, Ekonomi dan Pandemi Terkendali

Meski penilaian tersebut benar namun kondisi tingkat kepercayaan publik di Indonesia tidak cukup hanya dengan hal itu. Jokowi cukup pragmatis termasuk merangkul lawan ke kabinetnya yang kemudian mampu melebur polarisasi. 

"Itu tidak mengada-ada dan bisa dipercaya meski pun bagi rakyat Indonesia itu saja tidak cukup menjadi ukuran. Yang dibutuhkan presiden adalah kestabilan klau tidak stabil program tidak bisa jalan. Jokowi cukup pragmatis termasuk merangkul lawan. Sedangkan dalam politik Amerika polarisasi masih terus dibawa dan berpengaruh pada pemlihan presiden selanjutnya," ungkapnya.

Dia menerangkan jika dikaji lebih dalam sikap pemerintah di tataran Asia Tenggara khususnya di dunia ada beberapa ukuran lain yang tidak muncul yang menjadi kepentingan negara. 

"Dari sudut pandang kita sendiri ada beberapa ukuran lain yang tidak muncul dan itu menjadi kepentingan kita yang  urgensi. Misalnya kecenderungan kita pada salah satu kekuatan besar itu bisa mahal harganya nanti dari segi diplomasi. Kalau tidak hati-hati ditangani sekarang itu akan dibayar mahal dari segi kebebasan dan keleluasan Indonesia pada masa akan datang" 

Dalam kancah internasional Presiden Jokowi seharusnya mampu muncul memimpin negara ASEAN yang menekankan pentingnya kesatuan negara Asia Tenggara.

"Posisi Indonesia di tingkat Asean dinilai tidak peduli ketika satuan Asean digerogoti oleh kekuatan besar yang ingin mencapai kepentingan. Dan disitu harusnya Indonesia harus tampil untuk memimpin 9 negara Asean ini bahwa kesatuan ini penting untuk kita supaya bisa memajukan kepentingan kita bersama dan tidak didikte oleh negara besar. Kalau tidak direspon Asean ini akan kehilangan taringnya terhadap negara besar dan itu tidak baik untuk negara kita," cetusnya. 

Secara umum, sambungnya, Presiden Jokowi sudah memberikan prioritas pada diplomasi ekonomi  yang sangat menonjol pada 7 tahun terakhir. Tapi ada kebijakan luar negeri yang terabaikan dan segera harus mendapat perhatian karena posisi Indonesia yang sangat penting di Asia Tenggara. 

"Jangan terlalu memberi kesan kita pragmatis tanpa menunjukan sikap kita dalam isu yang kritis untuk didengar khususnya sesama negara Asia Tenggara. Jangan memberi kesan kita hanya menunggu dan reaktif tapi harus menunjukan posisinya," tukasnya. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya