Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
KETUA DPR RI Puan Maharani kembali mengingatkan bangsa Indonesia untuk selalu berpegang dan menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu disampaikan Puan dalam rangka Hari Lahir Pancasila pada Selasa (2/6).
"Kita hanya dapat menjadi bangsa yang besar jika kita berpegang teguh pada falsafah bangsa kita sendiri, yakni Pancasila, dan bukan menjiplak falsafah bangsa orang lain karena setiap bangsa memiliki akar sejarah dan budaya yang berbeda-beda," tegasnya.
Baca juga: Pancasila, Ideologi Dinamis dan Nasionalisme Kontekstual
Puan menegaskan, hanya dengan Pancasila persatuan bangsa Indonesia dapat diperkukuh. Ia juga percaya, dengan mengimplementasikan Pancasila tujuan bernegara dapat segera dicapai. Puan sendiri menjadi petugas pembaca naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Jakarta. Upacara juga diikuti secara virtual oleh Presiden Joko Widodo beserta para menterinya.
Hal senada dikatakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI), Varhan Abdul Aziz. Menurut dia, dalam kondisi seperti saat ini, sangat tepat jika semua komponen bangsa diingkatkan kembali akan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara.
Ia pun mendukung pernyataan Puan. Apalagi posisinya selain sebagai Ketua DPR RI, juga cucu dari Presiden pertama RI Soekarno yang juga penggali Pancasila. "Sangat penting bagi kita semua untuk mengingat kembali Pancasila. Sebab faktanya memang Pancasila tidak bertentangan dengan dengan agama," ujarnya.
Menurutnya, peluang Indonesia menjadi negara besar yang disegani dunia manakala warganya menjadikan Pancasila sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Varhan menunjukkan bahwa pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari akan menerbitkan energi positif yang meninggikan kesadaran hikmat-kearifan dan meluaskan pengamalan kasih serta kebajikan dalam keseharian.
“Bayangkan, seseorang yang menghayati, mengamalkan seluruh sila yang ada dalam Pancasila, kehidupannya sudah pasti hanya akan dipenuhi energi positif yang juga memberikan dampak kebaikan bagi lingkungannya. Bila mayoritas warga Indonesia hidup dalam lingkup energy positif ini, mana mungkin kalau Indonesia tidak menjadi negara besar yang akan disegani dunia,” kata Varhan.
Sebaliknya, kata Varhan, religiusitas yang timpang tidak jarang membuat pelakunya kehilangan keseimbangan antara sisi pengabdian vertikal dengan hubungan baik dengan sesame manusia. “Akibatnya tidak jarang pelakunya justru menjadi kaum radikal yang salah langkah dalam memaknai pengabdian kepada Tuhan,” kata dia.
Varhan menunjuk contoh paling aktual, yakni tertangkapnya 10 orang kelompok radikal yang bermaksud mengebom rumah ibadah di Merauke, Papua. “Itu yang terjadi manakala sisi Ketuhanan lepas dari kesadaran sebagai sesama anak bangsa yang harus menyadari keberagaman dalam Persatuan Indonesia,” katanya. (Ant/A-1)
Di tengah dinamika kebangsaan yang kerap diwarnai ketegangan antara identitas agama dan tenun pluralitas, sebuah pertanyaan fundamental layak kita ajukan kembali.
KEPALA BPIP Yudian Wahyudi menyebut kehadiran nilai-nilai Pancasila di Kabupaten Natuna bukan hanya sekedar slogan, melainkan sebagai kekuatan hidup yang terwujud di NKRI
KEPALA Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menegaskan pentingnya peran pengajar dalam menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila secara holistik.
Kepala BPIP Yudian Wahyudi mengungkapkan Magelang Kebangsaan Fun Run 2025 bukan sekadarperlombaan lari, tetapi Jadi Simbol Persatuan dan Semangat Pancasila
SEBANYAK tujuh pemuda-pemudi purna paskibraka terpilih dilantik dan dikukuhkan sebagai Pelaksana Duta Pancasila Paskibraka Indonesia (DPPI) Kota Yogyakarta untuk masa jabatan 2025–2029
Salah satu alasan di balik usulan penyempurnaan konstitusi, yakni terkait dengan pemantapan ideologi Pancasila.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved