Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Adhie Massardi : Program Nadiem Makarim Dinilai Sudah Inovatif

Mediaindonesia.com
15/4/2021 14:51
Adhie Massardi : Program Nadiem Makarim Dinilai Sudah Inovatif
Mantan Juru Bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid, Adhie M Massardi.(MI/ATET DWI PRAMADIA)

PANDEMI Covid-19 telah memberi dampak ke berbagai sektor. Belakang ramai diperbincangkan mengenai reshuffle kabinet. Sebagaimana diketahui bahwa dalam reshuffle merupakan hak prerogatif presiden.

Mantan juru bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid, Adhie M Massardi, mengatakan dalam reshuffle kabinet pendapat publik juga harus dipertimbangkan terutama yang menyangkut dunia pendidikan.
  
Dalam keterangan pers, Kamis (15/4), Adhie yang dikenal sebagai aktivis, mengatakan pemerintah harus mengubah APBN dan berbagai kebijakan turunannya. "Pandemi Covid-19 tak kalah ganasnya menyerang sektor ekonomi dan pendidikan," ucapnya.
  
Menurut Adhiei, yang paling berat mengatasinya dan tak banyak orang memperhatikan adalah dampak Covid-19 terhadap dunia pendidikan.
  
“Berbeda dengan sektor ekonomi yang sejak sebelum pandemi sudah bermasalah, dampak Covid-19 di dunia pendidikan terhadap anak (didik) bangsa baru akan terasa 5-10 tahun ke depan,” kata Adhie. 
 
Adhie menilai, untuk mengatasi Covid-19 di sektor kesehatan tidak terlalu sulit.

"Sudah ada UU-nya, juga protokol kesehatan, ada juga formula bakunya yang diperkuat oleh badan kesehatan dunia (WHO). Demikian juga di sektor ekonomi. Tinggal bikin kebijkan fiskal dan moneter yang sesuai. Termasuk subsidi dan relaksasi pajak," paparnya.
 
"Tapi untuk dunia pendidikan, jalan keluarnya bukan sekedar mengubah metoda belajar dari sistem tatap muka menjadi PJJ (pendidikan jarak jauh). Harus ada rancangan kurikulum khusus untuk itu. Dan merancang kurikulum penddikan bukan pekerjaan satu-dua hari," jelasnya. 
  
Itu sebabnya salah satu inisiator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini meminta Presiden Joko Widodo untuk berpikir ulang jika ada keinginan me-reshuffle Kemendikbud.
  
“Saya melihat Mendikbud Nadiem Makarim sudah merancang berbagai program pendidikan yang tampaknya inovatif, dan harus segera dilaksanakan untuk mengejar ketertinggalan akibat selama pandemi yang sudah memasuki tahun kedua, cukup mengganggu kelancaran belajar-mengajar di sekolah, terutama di daerah,” katanya.
 
Dalam konteks program yang dibuat Nadiem, Adhie mengatakan dirinya mendukung program terutama konsep Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.
  
"Sebagaimana kita ketahui, Indonesia sedang memasuki era disrupsi pendidikan. Dan Nadiem telah melakukan berbagai terobosan selain lewat Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, beberapa program sudah berjalan dan mendapat respons positif adalah program guru penggerak, program organisasi penggerak, program sekolah penggerak, dan beberapa lagi lainnya," paparnya. 
  
Selama puluhan tahun, kata Adhie, pendidikan Indonesia tidak pernah mengalami perbaikan. Indonesia sudah jauh tertinggal dibandingkan negara lain. Skor PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia sekarang nomer 6 terendah di dunia. 
 
Karena itu, menurut Adhie Massardi, mengganti Nadiem adalah pilihan buruk karena akan menggagalkan visi Presiden Jokowi sendiri. "Dikatakan bahwa Presiden tidak butuh birokrat yang bekerja serial. Joko Widodo membutuh lompatan buat mengejar ketertinggalan," jelasnya.
  
“Kalau memang benar itu keinginan Presiden, maka jangan pertaruhkan Kemendikbud. Kalau memang Presiden mau gabungkan bidang riset dan teknologi ke Kemendikbud, tinggal cari wakil menteri yang punya pola pikir sama sebagai tandemnya untuk ristek yang sejalan,” pungkas Adhie Massardi. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya