Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
PENELITI senior Center for Peace, Conflict and Democracy (CPCD) Universitas Hasanuddin Dwia Aries Tina Pulubuhu mengungkapkan penyebaran paham terorisme mengalami pertumbuhan cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Hal tersebut terlihat dari bertambahnya sarang terorisme dari 10 provinsi di 2019 menjadi 19 provinsi di 2021.
“Penyebab bertambahnya sarang terorisme ini dipengaruhi oleh lingkungan, agama, ekonomi, sosial, politik dan hukum,” ujar Dwia melalui keterangan resmi, Selasa (13/4).
Lebih lanjut, ia menjelaskan orientasi yang dianut para pelaku terorisme juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Pada periode 2000 hingga 2020, aksi teror lebih berfokus pada objek atau simbol-simbol barat seperti Bali dan Hotel JW Marriot.
"Setelah periode itu, objek teror berubah ke lingkup yang lebih bahkan menyasar masyarakat sipil. Perilaku terorisme juga bergeser dari semula berjejaring menjadi independent," jelas dia.
Adapun, terkait pencegahan, perempuan yang juga menjabat sebagai rektor Universitas Hasanuddin itu mengungkapkan pemerintah bisa melakukan penanganan secara terstruktur.
Baca juga: Kompolnas Dukung Pembangunan Lapas Khusus Napi Teroris
Penanggulangan harus dilakukan sejak di hulu agar masyarakat tidak mudah terpapar paham radikalisme.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas hidup masyarakat, memperbaiki kehidupan sosial dan politik.
“Tidak hanya itu, partisipasi masyarakat maupun komunitas dengan pendekatan menyentuh dan simpatik serta beberapa hal lain juga dapat dilakukan,” tukasnya.
Dalam kesempatan yang sama, peneliti intelijen dan terorisme Beni Sukadis berpendapat radikalisme merupakan suatu paham yang muncul akibat ketidakpuasan kelompok tertentu atas kehidupan ekonomi, sosial dan politik.
Lantas, mereka berupaya mengubah kondisi tersebut dengan cara kekerasan.
Di Indonesia sendiri, menurutnya, masalah radikalisme dan terorisme masih mask kategori ancaman menengah. Namun, tetap saja, itu harus tetap dicegah semaksimal mungkin.
"Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memiliki peran besar untuk menyusun dan menetapkan kebijakan strategis dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme.Sejak 2012, banyak upaya pencegahan yang dilakukan BNPT, salah satunya melalui deradikalisme. Strategi ini ditujukan pada kelompok inti dan militan terorisme dengan melaksanakan kegiatan seperti penangkalan, rehabilitasi hingga reduksi,” ucap Beni.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved