Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
KELUARGA Besar Putra Putri (KBPP) Polri meminta para orangtua serius mengawasi anak mereka. Pasalnya, aksi terorisme belakangan ini melibatkan anak muda.
Ketua Umum Pengurus Pusat KBPP Polri Evita Nursanty mengutip hasil survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (Lakip) yang menyatakan 52% responden pelajar setuju dengan aksi radikalisme.
"Ini menjadi warning bagi para orangtua untuk mengawasi anak-anak jangan sampai terpapar radikalisme dan terorisme," kata Evita dalam keterangan tertulis, Kamis (1/4).
Baca juga: Rumah Keluarga Terduga Teroris Penyerang Mabes Polri Sepi
Evita juga menyitat penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (PPIM UIN). Penelitian itu menunjukkan radikalisme di lingkungan pendidikan sudah berkembang ke arah yang harus diwaspadai secara serius.
"Apalagi ditemukan sebanyak 23% guru dan dosen memiliki opini yang radikal. Di antaranya 8,4% sudah diwujudkan dalam aksi-aksi radikal," papar dia.
Evita berharap penyebaran paham radikalisme bisa di lingkungan pendidikan bisa ditekan. Apalagi, media sosial memungkinkan informasi beredar dengan sangat cepat.
"Kita memang sangat membutuhkan pembangunan ekonomi dan infrastruktur tapi jangan lupa membangun suprastruktur," tegas anggota Komisi VI DPR itu.
Orangtua, kata Evita, perlu mencermati ciri-ciri orang yang terpapar paham radikal. Yakni, menutup diri dan menghabiskan waktu dengan komunitas yang dirahasiakan.
"Kemudian merasa diri paling benar, mengajarkan kekerasan, kebencian, dan intoleransi," ujar Evita.
Sejumlah aksi terorisme terjadi dalam beberapa hari belakangan. Pertama, bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3), yang dilakukan sepasang suami istri yang masih muda.
Kejadian itu mengakibatkan 20 orang mengalami luka berat dan ringan.
Teranyar, baku tembak terjadi di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan. Suara tembakan mulai terdengar sekitar pukul 16.30 WIB pada Rabu (31/3).
Awalnya, terdengar suara tembakan dua kali dari dalam gedung Bareskrim. Kemudian suara lain yang diduga tembakan susulan. Berdasarkan hasil forensik, pelakunya yakni seorang perempuan berinisial ZA, 25.
ZA terpapar ideologi radikal kelompok Islamic State (IS). (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved