Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Tarik Simpati Publik, Demokrat AHY Dinilai Playing Victim

Mediaindonesia.com
12/3/2021 10:15
Tarik Simpati Publik, Demokrat AHY Dinilai Playing Victim
Pengamat Pertahanan & Keamanan, Salim Said (kanan) dalam sebuah acara diskusi.(MI /MOHAMAD IRFAN )

MESKI masih cukup lama, namun banyak pihak yang sudah bersiap menghadapi pemilihan umum 2024. Hal itu dilakukan baik oleh partai politik maupun perorangan.

Berbagai cara pun mereka lakukan untuk menarik simpati publik. Mulai dari melakukan pencitraan, buat organisasi baru, dan sebagainya.  Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pertahanan Indonesia Prof Salim Haji Said mengungkapkan hal tersebut.

Baca juga: Masih Solid, Demokrat Beberkan Andil SBY Bangun Parpol

Itu sebabnya, kata dia, muncul dugaan Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat menjadi momentum bagi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) guna menaikkan elektabilitas partai menarik simpati dari masyarakat. Ia pun menegaskan bahwa seluruh rakyat telah tertipu dengan permainan SBY tersebut. "Jadi kita ini dizalimi," ujar Salim Said dikutip dari kanal YouTube Karni Ilyas Club pada Jumat (12/3).

Salim Said menduga SBY tengah mencoba mengulang momentum Pemilu 2004 saat akan jadi presiden. Kala itu almarhum Taufiq Kiemas pernah menyebut SBY sebagai 'anak kecil'. Momentum sukses dimaksimalkan SBY untuk memenangi pemilu.

"Ada dicerca oleh Taufik Kiemas, disebut cengeng anak kecil sehingga orang mengatakan bahwa SBY itu atau pengikutnya mendramatisir tingkah laku politiknya Taufik Kiemas untuk popularitas beliau," ungkapnya.

Oleh karena itu, dengan kisruh KLB Partai Demokrat ini, muncul lagi dugaan semacam itu, yakni dugaan bahwa KLB tersebut adalah permainan SBY. "Jadi sekarang ini muncul lagi tuduhan itu, bahwa permainan ini sekarang adalah usaha untuk menarik simpati dengan mengatakan lihat itu Moeldoko, saat berkuasa di sekitar presiden menganiaya  Demokrat, ada dugaan seperti itu," tuturnya.

Terkait orang-orang yang mendukung KLB Demokrat berpikiran bahwa berkali-kali SBY telah mengkritik dan menyerang orang-orang yang nepotisme namun justru ia yang mengangkat anaknya sendiri untuk menggantikannya. "Jadi kata orang-orang itu, 'kita tidak pernah menduga pak SBY mendorong anaknya yang masih muda itu, tentara pangkat terakhir mayor', ketika partai-partai lain yang sudah sukses semua itu kan jenderal," ucapnya.

Oleh karena itu, Salim Said yakin hal tersebut juga merupakan faktor yang diperhitungkan orang-orang itu mengapa mereka kesal dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dipaksakan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Dirinya juga mengaku mengenal sosok AHY saat masih menjalani Taruna Akademi Militer.

"AHY itu saya kenal sejak masih taruna, saya pernah memberi kuliah umum dan diskusi dengan anak muda itu di Magelang, anaknya pintar dan baik. Tapi persoalannya kan ada pada orang-orang partai, senior-senior yang bekerja untuk menyukseskan partai di masa silam," pungkasnya. (RO/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya