Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDEN Joko Widodo mengungkapkan, sebanyak 99% kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh ulah manusia.
Adapun, motif utamanya adalah ekonomi. "Motif utamanya selalu satu, ekonomi. Saya tahu bahwa pembersihan lahan perkebunan dengan pembakaran itu adalah cara yang paling murah," ujar Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/2).
Oleh karena itu, ia meminta jajaran menterinya untuk mencari solusi dari persoalan tersebut. Ia meyakini, jika ada kebijakan yang bisa membuat masyarakat atau korporasi tidak membuka lahan dengan cara membakar, kasus karhutla di Tanah Air akan menurun drastis.
Baca juga: Peningkatan Kapasitas Daur Ulang Sampah Pasca Konsumsi
Ia juga berpesan kepada kapolri untuk melakukan tindakan tegas kepada siapa saja yang terbukti melakukan pembakaran hutan dan lahan.
Penegakan hukum harus dilakukan tanpa kompromi demi menumbuhkan efek jera. "Lakukan penegakan hukum kepada siapapun yang melakukan pembakaran, baik di konsesi milik perusahaan atau masyarakat. Terapkan sanksi tegas bagi pembakar, baik sanksi administrasi, perdata maupun pidana," tegas Jokowi.(OL-4)
Tingkat deforestasi tertinggi, yakni 3,5 juta hektare (ha) yang pernah terjadi di Indonesia pada periode 1996-2000, turun drastis menjadi 0,44 juta ha pada periode 2017-2018.
Pada 2020, Rusia merupakan negara dengan hutan terluas di dunia, sedangkan Indonesia berada di urutan ke-8.
Dia menegaskan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia bukan diciptakan manusia. Kondisi itu merupakan berkah alam, sehingga menjaganya juga penting.
Pemerintah miliki 978 hektare di 20 provinsi yang sedang dibahas untuk mekanisme redistribusi
Perpanjangan moratorium diperlukan untuk terus menekan laju deforestasi dan mencapai target Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim.
Pemantauan teranyar menyebutkan, deforestasi terus menurun dari 0,48 juta hektare pada 2016-2017 menjadi 0,44 juta hektare pada 2017-2018.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved