Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
POSTULAT bahwa tidak ada teman atau lawan abadi dalam politik, yang ada hanya kepentingan, mendapatkan pembenaran di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Pasangan yang lima tahun lalu bahu-membahu untuk memenangi pilkada, kali ini harus berseteru.
Mereka ialah Jeje Wiradinata dan Adang Hadari. Jeje adalah Bupati Pangandaran periode 2016-2021 dan Adang wakilnya. Setelah sukses memenangi pilkada empat tahun silam, keduanya bekerja sama memimpin pembangunan di Pangandaran.
Namun, dalam politik tidak ada yang abadi. Begitu pula Jeje dan Adang, yang kini harus berganti peran dari kawan menjadi lawan. Keduanya akan saling jegal untuk menuju kursi Pangandaran-1 setelah ditetapkan sebagai calon bupati di Pilkada 2020.
Jeje yang merupakan Ketua DPCPDIP Pangandaran dan Adang yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Pangandaran awalnya sepakat untuk kembali berpasangan. Sampai Februari lalu kesepakatan itu masih kuat mengikat, tetapi sebulan berikutnya angin perubahan berembus kencang.
Pasangan Jihad jilid 2 gagal terwujud setelah PDIP menolaknya. PDIP Jawa Barat kemudian mengajukan nama Ujang Endin Indrawan, eks birokrat Kabupaten Pangandaran, sebagai pendamping Jeje. Pasangan Jeje-Ujang pun ditetapkan secara resmi sebagai paslon dengan enam partai pengusung, yaitu PDIP, Ge rindra, PAN, PKS, PPP, dan Perindo.
Adang yang ditinggalkan tak tinggal diam. Dia bahkan naik pangkat, yang tadinya cuma sebagai calon wakil bupati menjadi calon bupati. Adang yang diusung Partai Golkar dan PKB menggandeng mantan Ketua Presidium Pemekaran Pangandaran, Supratman, sebagai calon wakil bupati untuk menantang Jeje-Ujang.
Begitulah, Jeje dan Adang yang awalnya kompak bertandem sekarang harus saling mengalahkan. Keduanya sama-sama optimistis untuk memenangi kontestasi. Meski begitu, tidak ada dendam politik terutama dalam diri Adang.
‘’Bagi orang politik, ini bukan sebuah pengkhianatan dan kezaliman. Ini dinamika politik. Saya hargai keputusan partai, pasrah apa yang terjadi dan menerima hubungan ini,’’ ujarnya setelah ‘diputus’ kubu Jeje lalu dikukuhkan oleh Golkar dan PKB sebagai calon bupati.
‘’Hanya satu kata, juara, menang,’’ tegas Jeje seusai pengundian nomor urut pada 24 September lalu. Dalam pengundian, dia dan Ujang mendapatkan nomor urut 1, sedangkan Adang-Supratman (Aman) nomor 2.
Lebih berpeluang
Di atas kertas, pasangan JejeUjang lebih berpeluang menang. Survei Lingkaran Survei Indonesia bahkan menghasilkan elektabilitas Jeje-Ujang unggul jauh di angka 67,7%. Namun, Ketua Tim Pemenangan Aman, Ahmad Irfan Alawi, memastikan pihaknya tak akan terpengaruh dengan hasil survei itu. Yang penting, timnya bekerja keras untuk meyakinkan masyarakat Pangandaran bahwa AdangSupratman lebih layak dipilih.
Dosen FISIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Fitriyani Yuliawati, menilai Jeje sebagai calon bupati petahana memiliki akses dan modal lebih besar untuk memikat masyarakat. Situasi pandemi covid-19 yang membatasi kampanye tatap muka juga menguntungkan Jeje karena selama ini dia lebih dikenal warga dengan beragam kebijakannya.
‘’Untuk Adang Hadari dan Supratman akan berat menghadapi petahana,’’ ujar Fitriyani.
Namun, imbuh dia, bukan berarti kubu Aman telah kehabisan peluang. Dia mencontohkan Pilkada Kabupaten Ciamis saat mantan sekretaris daerah setempat, Herdiat Sunarya, yang berpengalaman di birokrasi berhasil mengalahkan calon petahana, Iing Syam Ariffin. ‘’Kalau untuk Pangandaran, kita lihat saja nanti hasil suara pada 9 Desember.’’ (X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved