Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pembantu Presiden kembali Giat

Dhika Kusuma Winata
07/7/2020 05:10
Pembantu Presiden kembali Giat
Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.(MI/PANCA SYURKANI)

PARA menteri dan pimpinan lembaga sudah menunjukkan kinerja yang baik setelah Presiden Joko Widodo memberikan teguran keras. Oleh karena itu, isu perombakan kabinet atau reshuffle tidak lagi relevan. Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengungkapkan hal itu di kantornya, Jakarta, kemarin.

Menurut dia, dalam waktu yang relatif singkat, progres berbagai program percepatan penanganan covid-19 sudah bergerak pesat.

Kebijakan-kebijakan mulai dijalankan, serapan anggaran pun sudah meningkat. “Kalau progresnya bagus, kenapa reshuffle. Tentunya dengan progres yang bagus, isu reshuffle tidak relevan lagi. Sejauh ini progresnya bagus terus. Sekarang sudah bagus dan semoga bagus terus,” ujar Pratikno di Gedung Utama Kemensesneg, Jakarta, kemarin.

Ia juga menyampaikan bahwa Presiden Jokowi ingin pandemi ini menjadi momentum bagi seluruh pihak melaksanakan reformasi di tubuh kementerian dan lembaga negara secara fundamental.

Dengan begitu, pada masa mendatang, sekalipun muncul persoalan pelik seperti saat ini, institusi negara tidak kelabakan. Pekerjaan tetap bisa dilakukan secara maksimal di tengah kondisi apa pun.

“Karena memang permasalahan kemarin kan mungkin juga karena kantor-kantor pemerintahan sempat tidak sepenuhnya optimal. Itu waktu transisi awal-awal itu. Jadi, Bapak Presiden merasa bahwa mestinya lembaga-lembaga pemerintahan, terutama sekali kabinet, bisa bekerja lebih maksimal dangen kinerja yang lebih baik,” jelas dia.

Presiden sempat mengancam akan merombak para pembantunya bila tidak bekerja maksimal. Kemarahannya ia tumpahkan saat sidang kabinet paripurna pada 18 Juni 2020.

Kepala Negara menyoroti laporan belanja di kementeriankementerian yang masih biasa saja.

Jokowi menegaskan segala usaha harus dilakukan demi menyelamatkan 267 juta masyarakat Indonesia. Dia mengancam bakal mengambil tindakan keras bila tidak ada perubahan.

“Bisa saja membubarkan lembaga negara, bisa ada reshuffle, sudah kepikiran ke mana-mana saya, entah buat perppu yang lebih penting lagi,” tegas Jokowi.


Biasa saja

Di tengah isu perombakan kabinet, Indonesia Political Opinion (IPO) sempat mengeluarkan hasil survei kinerja menteri. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian disebut sebagai menteri terbaik di mata publik.

Namun, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin tidak sependapat atas penilaian terhadap Tito. “(Kinerjanya) masih biasa-biasa saja. Masih standar,” kata Ujang kepada Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

Menurut Ujang, soal penundaan pilkada selama tiga bulan bukan tidak menjadi alasan utama publik menilai positif kinerja Kementerian Dalam Negeri. Ujang mengatakan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan Tito bersama jajarannya.

Dok. Medcom.id/Cindy

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin.

 

“Kalau menilai menunda pilkada hanya tiga bulan terbaik, rakyat pasti bertanya-bertanya. Lagi pula soal kebocoran data juga masih rawan terjadi. Tapi saya tidak tahu persis indikator hasil survei itu. Bisa saja lembaga lain yang melakukan survei tentu hasilnya juga akan beda,” terang Ujang.

Dalam survei IPO, nama Tito paling atas sebagai menteri terbaik dengan memperoleh 34,5%. Di urutan kedua ada nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama dengan 27%. Lalu, Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi dengan 24,1%. (Medcom/Ins/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya