PROKLAMATOR yang juga Presiden pertama Indonesia, Soekarno, pernah menjadi pengurus dan guru Muhammadiyah.
Dalam Seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan bertajuk Bung Karno, Api Islam dan Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (7/12), Kepala Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia Yudi Latif menyatakan, perkenalan Soekarno dengan Muhammadiyah dimulai ketika tinggal di rumah Tjokroaminoto pada usia 15 tahun. "Soekarno memasuki jalan agama dengan kompleks," kata dia.
Ibu Soekarno, sambung Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) 2017-2018 itu, meskipun beragama Islam, tetapi berasal dari agama lain, sedangkan bapaknya meskipun agama Islam, beliau beragama teosofi. Kedua orangtuanya tidak memberi pengajaran agama Islam kepadanya.
Yudi mengatakan, jika mempelajari sosok Soekarno, kita seolah diingatkan agar militansi agama digerakkan ke arah produktif dan inovatif. Jika ingin meringkas sang proklamator, kata dia, Soekarno adalah sosok yang bertindak untuk persatuan.
Ketua Program Studi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarya, Zuly Qadir menambahkan, Soekarno dekat dengan Islam, baik Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama, namun sering disalahpahami. "Terkait Bung Karno dan Islam, kita perlu membahasnya dalam sebuah kajian akademik yang bersifat kritikal," pungkas dia. (X-15)
Baca juga: Keyakinan Soekarno pada Islam