Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
NAMA KH Kahar Mudzakkir ada dalam daftar enam orang yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah.
Ulama yang lahir pada 1908 di Kotagede, Yogyakarta dan wafat pada 1973 itu dikenal sebagai perintis sekaligus rektor pertama Sekolah Tinggi Islam (STI), yang kemudian berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Baca juga: Dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional, UGM Ajak Teladani Sardjito
1. Tidak pernah marah
Rektor UII Fathul Wahid menyebut KH Kahar sebagai ulama sekaligus akademikus yang tak pernah marah-marah dalam berdakwah. Fathul menuturkan, suatu ketika ada beberapa mahasiswi yang mengenakan rok mini di kelas Kahar, namun Kahar tidak memarahi mahasiswi itu.
Kahar hanya meminta satu per satu mahasiswi itu ke depan kelas, kemudian memberikan lembaran koran bekas yang ia bawa dari rumah agar bisa mereka gunakan untuk menutupi lutut mereka.
"Itu bagian cara Pak Kahar dalam berdakwah, dengan tidak pernah marah," kata Fathul.
2. Merawat Persaudaraan
Kahar juga selalu menekankan bahwa merawat persaudaraan merupakan hal yang sangat fundamental dan menurut dia persaudaraan tidak akan terwujud tanpa saling memuliakan.
Pada 1956, Kahar pernah diundang ke Singapura untuk berceramah mengenai pentingnya persaudaraan.
3. Galang dukungan kemerdekaan
Selama menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar dan Universitas Darul Ulum di Mesir, Kahar aktif memperkenalkan Indonesia sekaligus menggalang dukungan bagi kemerdekaan Indonesia melalui berbagai organisasi, tulisannya di surat kabar yang terbit di Mesir, serta Muktamar Islam Internasional.
4. Kiprah di Muhammadiyah
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Mesir, Kahar kembali ke Tanah Air. Awalnya, dia bekerja sebagai pengajar dan kemudian dia menjabat sebagai direktur di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Dia juga berkiprah di organisasi Muhammadiyah yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan, antara lain sebagai pemimpin sayap kepemudaan dan badan kesejahteraan sosial.
Pada masa pendudukan Jepang, KH Kahar menjadi komentator luar negeri di Radio militer Jepang dan kemudian menjadi Kepala Kantor Urusan Agama.
5. Anggota BPUPKI
Pada April 1945, pemerintah pendudukan Jepang membentuk Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan KH Kahar menjadi salah satu anggotanya.
6. Panitia Sembilan
Ia kemudian masuk dalam jajaran Panitia Sembilan yang dibentuk BPUPKI untuk membahas pembentukan dasar negara Indonesia merdeka bersama Ir Soekarno, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, AA Maramis, Ahmad Subardjo, Haji Agus Salim, Abikusno Tjokrosujoso, serta KH Abdul Wahid Hasyim.
Panitia Sembilan saat itu menggagas Piagam Jakarta, yang kemudian menjadi cikal bakal pembentukan UUD 1945 dan Pancasila.
7. Rektor Sekolah Tinggi Islam
Kahar Mudzakkir juga menjadi perintis sekaligus rektor pertama Sekolah Tinggi Islam (STI), yang kemudian berubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Di lembaga pendidikan yang dia rintis, Kahar menanamkan nilai-nilai keislaman, intelektualitas, serta kebangsaan pada masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
Ketika rakyat Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan, UII libur, dosen serta mahasiswanya ikut berjuang bersama rakyat. "Beliau menanamkan kepada kami, bagaimana tidak lelah mencintai bangsa ini," pungkas Fathul Wahid. (X-15)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved