Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
HASIL survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan pemerintahan Joko Widod-Ma'ruf Amin memiliki modal yang baik untuk menjawab tantangan intoleransi dan penurunan kebebasan sipil.
"Ada modal yang cukup besar dan bisa dimaksimalkan pemerintahan di periode kedua di tengah tantangan tersebut," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Djayadi mengatakan survei pada September 2019 menunjukkan secara umum ada sejumlah masalah atau gejala menurunnya kebebasan sipil dan meningkatnya intoleransi pada awal periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi.
"Secara umum belum ada perbaikan dalam indikator intoleransi beragama dan berpolitik. Jika dibandingkan dengan di 2018, tahun 2019 cenderung stagnan. Jika dibandingkan dengan di 2017 dan 2016, tampak situasi yang Iebih buruk, khususnya dalam kehidupan berpolitik," paparnya.
Berdasarkan survei, warga muslim yang intoleran terhadap nonmuslim dalam membangun rumah ibadah sebesar 53%. Hanya 36,8% yang mengaku tidak keberatan.
Adapun soal adanya kegiatan acara keagamaan nonmuslim di sekitar mereka, hasilnya lebih baik ketika kalangan muslim yang keberatan hanya 36,4%, sedangkan yang merasa tidak keberatan 54%.
Di sisi lain, mayoritas muslim merasa keberatan jika nonmuslim menjadi kepala pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, gubernur, wakil presiden, dan presiden. Sikap intoleran kalangan muslim juga tampak dalam hubungan antara mayoritas dan minoritas.
Menurutnya, cukup banyak muslim yang setuju bahwa umat agama minoritas di Indonesia harus mengikuti kemauan muslim mayoritas (37,2%). Namun, hanya 14,8% yang setuju jika umat Islam yang menjadi minoritas di negara lain harus mengikuti mayoritas di negara tersebut.
Isu radikalisme
Isu radikalisme juga menjadi perhatian serius pemerintahan saat ini. Saking pentingnya isu itu, Jokowi bahkan mengusulkan istilah radikalisme diganti menjadi manipulator agama.
Istilah manipulator agama ini disampaikan Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (31/10). Jokowi meminta Menko Polhukam Mahfud MD mengoordinasikan penanganan masalah itu.
Jokowi menegaskan harus ada upaya serius untuk menangkal radikalisme. "Harus ada upaya yang serius untuk mencegah meluasnya, dengan apa yang sekarang ini banyak disebut yaitu mengenai radikalisme."
Perhatian soal isu radikalisme ini juga disampaikan berulang kali oleh sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. Mahfud meminta masyarakat tetap waspada terhadap penyebaran paham radikal meski pemimpin IS Abu Bakr al-Baghdadi disebut tewas dalam operasi militer Amerika Serikat. (Ant/P-1)
Sejak berhasil mendapatkan pendanaan Seri A tahun 2022 lalu, Populix mengaku berupaya memperluas akses masyarakat terhadap riset.
Menteri Agama Nasaruddin Umar dinyatakan terbaik karena dianggap berhasil menurunkan ongkos naik haji.
Kemenangan tersebut merupakan kemenangan bersama. termasuk dua paslon lain yang terlibat pada kontestasi Pilkada Serentak 2024.
PASANGAN M Toha-Rohman mengalami peningkatan elektabilitas di Pilkada Musi Banyuasin berdasarkan survei FIXPOLL Indonesia.
KE manakah 'berlabuh' suara pendukung Anies Baswedan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta? Kiranya jawabannya bukan 'golput' atau tidak menggunakan hak pilih.
Digitalisasi tersebut, menurut Hanta, yang dapat menjadi salah satu penyebab mengapa Persepi tidak mampu memeriksa maupun memverifikasi dua set data yang diberikan oleh Poltracking.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Dengan memahami makna semboyan bangsa tersebut maka akan muncul cinta, toleransi, dan kelembutan perlu dimiliki oleh setiap orang yang beragama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved