Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
ANGGOTA Polair AKB Untung Sangaji menunjukkan sepucuk pistol berjenis FN warna perak dalam sebuah bincang-bincang yang digelar kemarin. Pistol dengan emblem tengkorak di gagang sebelah kiri itu menjadi senjata Untung saat menghadapi serangan teroris di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1).
Aksi heroik Untung yang tidak mengenakan rompi antipeluru dalam adu tembak dengan teroris itu menjadi perhatian publik. Hobi menembak lulusan Universitas Pattimura, Ambon, itu tidak sia-sia. Sebanyak tiga magasin peluru ia habiskan untuk melumpuhkan dua pelaku teror yang bersembunyi di balik mobil yang diparkir di depan Starbucks Coffee.
"Pertama tembak dulu kakinya. Saya lumpuhkan dia, jatuh. Dia terkejut, lalu bom di sebelah kirinya jatuh meledak, menghantam sekitar situ," kata Untung.
Bidikan yang tepat itu, kata dia, merupakan hasil latihan tembak yang kerap dilakukannya setiap minggu. "Saya kan hobi menembak dengan baik. Makanya latihan setiap minggu."Emblem tengkorak yang dilekatkan di pistol Untung memiliki makna mendalam. Logo itu selalu menjadi pengingatnya untuk selalu menjadi pemberani. "Tengkorak ini artinya berbuat baiklah sebelum mati. Yang di sini ada pencabut nyawa, artinya jangan ragu-ragu menghantam yang jahat," jelasnya.
Ia menegaskan, seorang polisi harus selalu siap siaga dan berani mengambil risiko dalam menjalankan tugasnya. Karena itu, meski tidak mengenakan rompi antipeluru, tidak ada keraguan sedikit pun bagi Untung untuk berhadap-hadapan langsung dengan para pelaku teror.
"Untuk apa saya jadi polisi kalau enggak berani. Saya menganggap kaki satu sudah di atas kuburan. Kalau tidak bisa melakukan yang terbaik untuk rakyat, untuk apa jadi polisi, untuk apa jadi perwira," tegasnya.
Namun, ternyata aksi heroiknya itu tidak melulu mendapat pujian. Kecaman pun datang dari keluarganya. Istri dan anak Untung protes keras karena ia dianggap mengabaikan keselamatan dirinya saat bertugas. "Anak istri maki-maki saya, kalau mati gimana? Saya bilang, Mom, saya milik masyarakat. Enggak ada urusan saya tidak pakai body vest, hantam saja," tuturnya.
Saat kejadian, Untung berada di restoran Walnut yang tak jauh dari lokasi kejadian. Ia sedang mendapat tugas mengamankan jalur di Jalan MH Thamrin. Saat itu Untung mendengar suara ledakan.
Instingnya pun langsung mencari sumber ledakan itu. Ia melumpuhkan dua pelaku yang bersembunyi di balik mobil. Untung membidik sang pelaku lantaran masih ada bom yang ledakannya bisa lebih besar lagi. Ia mengkhawatirkan banyaknya warga yang berada di lokasi dan menonton adu tembak polisi dengan teroris. "Kasihan yang nonton di sebelah sana. Kenapa di Indonesia ini. Ada bom, tapi (masyarakat sipil) enggak kabur, gitu loh?" cetus Untung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved