Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Hoaks Memiliki Daya Rusak Dahsyat

Syarief Oebaidillah
18/6/2019 08:40
Hoaks Memiliki Daya Rusak Dahsyat
Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko.(ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie)

MARAKNYA sebaran informasi bohong (hoaks) di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Jika terlambat diantisipasi, hal itu bisa memicu daya rusak yang dahsyat ke depan.

Melihat ancaman tersebut, Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko, mengatakan harus disiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu membangun kapasitas kecerdasan emosional untuk menjinakkan fenomena itu. Semburan dusta tidak boleh dianggap remeh karena sebarannya tidak terhingga dan bisa dilakukan siapa pun.

“Sebagai bekal menghadapi Revolusi 4.0, Inovator 4.0 Indonesia siap mengerahkan orang-orang Indonesia di dalam dan luar negeri yang paham tentang hal ini,” kata Budiman di Jakarta, kemarin.

Sebagai bentuk konkretnya, Inovator 4.0 Indonesia menggelar Big Questions Forum Inovator 4.0 Indonesia dengan tema Kecerdasan buatan dan biopolitik, membangun masyarakat kebal semburan dusta, Minggu (16/6).

Hadir sebagai narasumber antara lain ahli neurosains dari Tokyo University Hospital Dr Ryu Hasan, kandidat doktor dalam rekayasa genetik Universitas Oxford Muhammad Hanifi, dan pendiri Bandung Fe Institute serta ahli kompleksitas Hokky Situngkir.

Adapun serial Big Questions Forum akan digelar tiap bulan dengan mengangkat tema tentang sesuatu yang baru khas Revolusi 4.0. Dalam forum tersebut, disimpulkan semburan dusta dapat dijinakkan setidaknya melalui tiga cara, yakni mengembangkan kecerdasan emosional, mengidentifikasi bias informasi dalam diri, dan mengidentifikasi bahan semburan dusta.

Sementara itu, Dr Ryu Hasan menyatakan kecerdasan emosional merupakan salah satu langkah menangkal dusta. Menurut dia, kecerdasan emosional harus dikedepankan karena otak manusia akan lebih cepat meng-endorse semburan dusta dan ancaman daripada kebenaran dan harapan.

“Informasi semburan dusta sangat banyak, membuat otak kita menjadi kebingungan dan gagap. Akhirnya, yang dipercayai ialah hal yang ingin dia percayai. Dia tidak meng­afirmasi informasi benar atau salah, tapi apa yang sesuai dengan selera,” ujarnya.

Untuk membangun kecerdasan emosional, imbuhnya, memerlukan waktu panjang karena selama puluhan tahun masyarakat lebih mengedepankan kecerdasan kognitif. (Bay/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik