Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
Di tengah hiruk pikuk kondisi perpolitikan Indonesia saat ini, perlu dikemukakan kembali upaya untuk memperkuat persaudaraan dan toleransi antarwarga negara.
Salah satu caranya ialah menggaungkan kembali semangat dari pertemuan Imam Besar Al Azhar Sayyed Ahmed al Thayeb dengan Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019.
Ketua Nurcholish Madjid Society, Muhamad Wahyuni Nafis, menegaskan hal itu dalam pembukaan Forum Titik Temu di Ritz-Carlton Hotel, Jakarta, kemarin.
Dalam forum itu sejumlah tokoh agama lainnya hadir untuk menyampaikan pesan perdamai-an, antara lain, Ahmad Syafii Maarif, Omi Komaria Madjid, Mahfud MD, Siti Musdah Mulia, Komaruddin Hidayat, Ignatius Suharyo, KH Husein Muhammad, HS Dillon, Ruhaini Dzuhayatin, Oman Fathurrahman, Ulil Abshar Abdalla, Sudhamek AWS, Banthe Dammasubho, Chandra Setiawan, Arief Harsono, Pendeta Gomar Gultom, dan Rommy Mandang.
Nafis mengatakan pertemuan Sayyed Ahmed dan Paus Fransiskus itu menghasilkan Dokumen Persaudaraan Manusia yang menyerukan umat manusia di seluruh dunia agar senantiasa membina persahabatan, menjalin persaudaraan, saling menghormati, dan tidak memolitisasi agama untuk kepentingan politik praktis sehingga memecah belah persaudaraan seluruh umat manusia, sebangsa dan setanah air.
Nafis menambahkan, tokoh lintas agama di Indonesia saat ini pun perlu menyuarakan seruan yang sama terkait dengan memanasnya kondisi politik menjelang Pemilu 2019.
Menurut Nafis, agama seharusnya menjadikan pemeluknya hidup berdampingan dengan baik bersama pemeluk agama lainnya. Akan tetapi, ia menyayangkan selama ini di Indonesia masih saja terjadi intoleransi, eksklusivisme dalam beragama, terorisme, ujaran kebencian, merebaknya hoaks dan fitnah, serta politik aliran yang makin menguat.
Tugas bersama
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian, Alissa Wahid, mengatakan Forum Titik Temu dapat menghilangkan kebencian akibat perbedaan. Menurut Alissa, toleransi antarumat beragama harus terus dipupuk untuk mengisi ruang kehidupan dengan pesan persatuan dan perdamaian.
"Di era dunia mengglobal ini, kita tak dapat menghindari keberagaman dalam hidup bersama. Kebencian antarkelompok akan membawa kehancuran, dan harus kita atasi dengan membangun jembatan-jembatan persaudaraan," kata Alissa.
Senada, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Ignatius Suharyo mengatakan nilai kemanusiaan ialah hal utama. Merujuk pada Dokumen Persaudaraan Manusia, ia menilai semua pihak harus mengedepankan toleransi dan kemanusiaan.
"Semangat persaudaraan harus disebar ke seluruh pemeluk agama. Tak hanya pesan, tapi juga sikap toleransi yang ditunjukkan. Alhasil, kehidupan yang damai tercipta," paparnya.
Pakar hukum tata negara, Mahfud MD, menilai Forum Titik Temu sangat relevan dengan realitas saat terorisme global merebak. Di Indonesia, isu intoleransi pun kian gencar jelang pemilu 17 April ini. Menurutnya, menjadi tugas bersama warga untuk saling mengingatkan.
"Bahwa ada yang radikal sedikit itu niscaya dan kita peringatkan bersama-sama dengan penuh persaudaraan." (Ins/X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved