Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
SENGATAN sinar matahari yang bisa membakar kulit, serta peluh yang membasahi tubuh tidak menghalangi niat Budi Sutrisno untuk berjuang mengejar mimpi membangun jalur transportasi alternatif di daerahnya. Selama ini desanya terhalang rimba yang membuat mereka terisolasi dengan desa terdekat.
Petani karet asal Desa Hayup, Kecamatan Haruai, Tabalong, Kalimantan Selatan serta ratusan petani yang berdomisili di wilayah tersebut tampak bersemangat sambil menenteng cangkul, sekop, dan linggis. Raut wajah gembira pun terpancar meski infrastruktur yang dikerjakan secara gotong royong hanya berupa material batu dan pasir, bukan aspal apalagi beton.
Walaupun belum sempurna, masyarakat di sana meyakini jalan sepanjang 1,8 kilometer yang dibangun melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), itu bakal memberikan banyak keuntungan. Dengan jalan baru ini, Budi berharap nilai jual tanah semakin meningkat dan bisa pula membuka permukiman baru secara bertahap.
Budi yang merangkap Ketua RT 13 Dusun Ribang II mengaku, awalnya kesulitan ketika hendak menjual karet ke kota. Selama ini para petani yang ingin memasarkan hasil bumi harus melewati medan yang sulit dengan rute memutar sepanjang 7,8 kilometer. Upaya itu pun cukup menyita waktu, sebelum mereka meletakkan wadah berisi karet mentah ke atas kendaraan yang sudah menunggu di jalur utama.
Perlahan tapi pasti. Kesabaran warga menunggu bantuan untuk membuka jalan pun terjawab sudah. Angin segar itu ditandai dengan keputusan Pemerintah Kabupaten Tabalong yang bersedia mengucurkan dana sebesar Rp1,6 miliar untuk kegiatan TMMD melalui Markas Komando Distrik Militer 1008/Tanjung.
Harapan masyarakat Hayup untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur itu ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan rencana itu nyaris pupus ketika sejumlah warga sempat ngotot meminta ganti rugi pembebasan lahan.
Baca Juga : Sepenggal Asa di Ujung Rimba
"Namun, dengan melakukan pendekatan kekeluargaan, akhirnya warga rela memberikan beberapa meter lahan milik mereka secara gratis," kata Kepala Desa Hayup, Suwito.
Menurut Komandan Kodim 1008 Letkol Arm Edy Susanto, program TMMD ke-104 TA 2019 hanya berlangsung selama satu bulan. Ia berharap seluruh kegiatan pembangunan segera tuntas agar hasilnya segera dirasakan masyarakat, sebelum tenggat 27 Maret 2019 ini. Selain membuka akses baru, program TMMD juga menyasar beberapa kegiatan fisik, seperti membangun drainase dan penyaringan sepanjang 2.000 meter di kiri-kanan jalan, jembatan beton berukuran 2,5x2,5 meter, 4 gorong-gorong, merehabilitasi 3 rumah penduduk yang rusak parah, serta mengecat pagar masjid sepanjang 50 meter sekaligus mengeramik serambi rumah ibadah tersebut.
Kini, masyarakat Desa Hayup menatap masa depan dengan penuh semangat. Mereka tinggal menghitung hari untuk menggunakan jalan yang sudah lama dinanti. TMMD hadirkan sejuta ceria di ujung rimba. (Golda Eksa/P-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved