Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Radikalisme Tumbuh saat Euforia Pemilu

MI
09/3/2019 09:45
Radikalisme Tumbuh saat Euforia Pemilu
ANALISA TITO CALON TUNGGAL KAPOLRI: Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil (tengah) didampingi anggota Kompolnas Adrianus Meliala (kiri) dan Direktur Indonesian Police Watch Neta S. Pane berbicara dalam diskusi Dialektika Demokrasi di Press Room DPR, Nusanta(MI/Susanto)

INDONESIA Police Watch (IPW) menyebut kelompok radikal dan eks teroris dapat tumbuh subur dan bangkit di antara euforia pemilu. Wilayah seperti Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Tengah, dan Papua ialah tempat-tempat strategis untuk 'mengembangbiakkan' sel radikal. "Konsentrasi jajaran kepolisian untuk mengamankan pemilu sepertinya membuat kelompok radikal dan eks teroris mendapat celah untuk tumbuh dan berkembang," ujar Presidium IPS Neta S Pane.

Ia menyebut rentetan pembakaran mobil di Jawa Tengah dan penembakan yang terus terjadi di Papua merupakan gambaran kelompok radikal mendapatkan peluang untuk beraksi. Kelompok radikal, kata dia, bermain di antara euforia dan dinamika politik yang kian panas.

Bahkan bukan tidak mungkin, menurut Neta, kelompok-kelompok radikal menyusup di balik partai politik yang pola pikirnya pragmatis. Berupaya mengikis Bhinneka Tunggal Ika hanya untuk dukungan dan elektabilitas. "Konsesi yang diberikan partai politik itu akan menimbulkan benturan dalam masyarakat. Jika itu terjadi, kelompok radikal dan eks teroris akan semakin mendapat celah untuk beraksi," lanjut dia.

"Bagaimana pun pileg dan pilpres pada 2019 bukanlah tujuan akhir bangsa ini. Negeri yang aman dan saling menghargai dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika adalah harapan bangsa ini sejak awal kemerdekaan," ujarnya.

Baca Juga: TPS Rawan Kecurangan, Bawaslu Siapkan Siwaslu

Sebelumnya, Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (PP GP Ansor) Yaqut Cholil Koumas menyebut ada kelompok radikal yang menginduk pada salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Menurut dia, kelompok radikal itu menyusupi agenda kepentingan mereka untuk mendirikan negara Islam.

"Mereka bukan merusak pemilu, tapi menginduk dalam satu kontestasi, memasukkan agenda-agenda mereka, mendirikan negara Islam, khilafah islamiah atau NKRI bersyariat," kata Yakut. Ia mengklaim kelompok radikal itu ditemukan di sejumlah daerah, seperti Jabar dan Riau. Sejumlah hal yang dilaporkan ke presiden, yakni kelompok radikal yang ingin mendirikan negara selain Islam dan beberapa pejabat BUMN dan ASN yang sudah disisipi paham radikal. (Gol/P-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya