Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
MASYARAKAT Bandung didorong untuk mengawali dan membangun kembali budaya toleransi dan pluralisme di wilayah Jawa Barat. Langkah itu untuk mengembalikan semangat nasionalisme dan patriotisme seperti makna dalam lagu Halo-Halo Bandung.
Selain menunjukkan semangat nasionalisme, lagu karya Ismail Marzuki sebelum kemerdekaan RI itu menunjukkan semangat patriotisme (cinta Tanah Air) dan toleransi yang luar biasa dari masyarakat Bandung pada waktu itu.
Demikian ditegaskan alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro, yang juga Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) dalam seminar bertajuk Melalui Komsos Kita Pelihara Kemanunggalan TNI dengan Rakyat guna Meningkatkan Semangat Bela Negara", di Bandung, baru-baru ini.
Seminar tersebut dihadiri Kasgartap I/Jakarta Brigjen TNI Herianto Syahputra dan Kasgartap II/Bandung Marsma TNI Embu Agapitus.
Putut Prabantoro dalam paparannya yang berjudul 'Mari Bung Rebut Kembali', menjelaskan lagu Halo-Halo Bandung memiliki semangat nasionalisme, pluralisme, toleransi, dan sekaligus patriotisme.
Baca Juga: Warga Bandung Didorong Bangun Kembali Toleransi dan Pluralisme
Lagu yang ditulis Ismail Marzuki dalam bahasa Sunda pada awalnya dapat menjadi pengingat dan sekaligus penyemangat masyarakat Bandung dalam menumbuhkan kembali patriotisme dan nasionalisme masyarakat Pasundan atau Jawa Barat.
Lagu Sunda itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam masa pendudukan Jepang dengan maksud untuk mengikis pengaruh budaya Belanda.
Sementara itu, masjid sebagai tempat ibadah harusnya steril dari kepentingan-kepentingan radikal dan politik. Banyak pihak yang berusaha menyebarkan ideologi bernuansa kekerasan termasuk kepentingan politik pemilihan eksekutif dan legislatif di masjid.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli mengatakan banyak teroris yang tercuci otak setelah menghadiri ceramah di masjid tertentu. Gerakan itu dibangun alumni pelaku konflik di Afganistan, Filipina, Suriah, dan Irak.
"Mereka membawa ideologi, networking, dan berbagai hal melalui online maupun offline," kata Hamli. (Cah/*/P-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved