Minggu 03 Maret 2019, 18:33 WIB

Masjid Jadi Sasaran Ideologi Radikal dan Kepentingan Politik

Cahya Mulyana | Politik dan Hukum
Masjid Jadi Sasaran Ideologi Radikal dan Kepentingan Politik

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli -- MI/ROMMY PUJIANTO

 

MASJID sebagai tempat ibadah seharusnya steril dari kepentingan-kepentingan radikal dan politik. Namun dalam perjalanannya banyak pihak yang berusaha menyebarkan ideologi yang mengarah pada tindak kekerasan dan kepentingan politik pemilihan eksekutif dan legislatif di masjid.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamli mengatakan banyak pelaku terorisme yang mendapatkan pemahaman menyimpang terkait agama setelah menghadiri ceramah di masjid tertentu.

Gerakan radikalisme yang dibangun oleh alumni pelaku konflik di Afganistan, Filipina, Suriah dan Irak.

“Orang-orang ini yang ketika pulang di Indonesia itulah yang berbahaya. Karena mereka membawa sesuatu. Mereka membawa ideologi, networking, dan berbagai hal, baik melalui online maupun offline,” kata Hamli dalam keterangan resmi, Minggu, (3/3).

Hamli mengajak kepada seluruh pihak termasuk takmir masjid di lingkungan kementerian, lembaga dan BUMN untuk menyebarkan ajaran Islam yang damai, tenang, sejuk dan rahmatan lil alamin.

Langkah ini baik untuk mencegah penyebaran pemikiran yang kerap berbuah teror, kebencian dan tidak menghargai perbedaan.

Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, M Najih Arramadlani mengatakan masjid sudah seharusnya steril dari kepentingan-kepentingan radikal dan politik. Namun sejauh ini banyak pihak yang menyebarkan kepentingan politik di masjid.

Baca juga : BIN Sebut 41% Masjid Radikal, DMI: Bukan Masjidnya, Tapi Oknumnya

"Kita melihat indikasinya sudah sangat matang, mengkonsolidir 17.000 masjid di Jawa Timur untuk tanggal 17 April 2019 mendatang," papar Najih.

Ia juga menyebutkan bahwa pola radikalisme di Suriah perlahan digunakan di dalam negeri yakni menyebarkan pemikiran tersebut lewat masjid.

"Saya menemukan banyak pola yang sama antara radikalisme di indonesia dan Suriah di yaitu, menjadikan masjid sebahai basis gerakan radikalisme dan gerakan politik," tuturnya.

Ia menyarankan untuk menghentikan pola tersebut dan penyalahgunaan lain terhadap masjid, perlu daftar pengisi ceramah yang dipastikan bebas kepentingan politik dan idelogi radikal. Salah satunya di masjid yang berada di lingkungan kementerian, lembaga dan BUMN oleh forum silaturrahmi takmir masjid kementerian, lembaga dan BUMN (FSTM).

“Misalnya menjelang Ramadhan, bila perlu FSTM menjadi konsultan bagi masjid-masjid yang lain. Syukur-syukur bisa mengeluarkan rekomendasi. Ustadz ini direkomendasikan dan ustadz ini juga direkomendasikan, begitu," pungkasnya. (cah)

Baca Juga

Dok MI

Intervensi Bisnis, Polisi Dinilai Menyalahgunakan Wewenang

👤Mediaindonesia.com 🕔Sabtu 01 April 2023, 00:58 WIB
Menurutnya, dalam proses penyidikan oleh pihak kepolisian, pembatasan hak hanya bisa melalui upaya...
MI / Lina Herlina

JK Kritik kepala Daerah yang Menentang Pemerintah Pusat

👤Dinda Shabrina 🕔Sabtu 01 April 2023, 00:46 WIB
Jusuf Kalla (JK) mengaku heran karena masih ada pemerintah daerah yang menolak kebijakan pemerintah...
MI / M Irfan

MA Segera Surati KY Untuk Kembali Lakukan Seleksi Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc HAM

👤Rifaldi Putra Irianto 🕔Sabtu 01 April 2023, 00:33 WIB
MA akan segera menyurati KY untuk kembali melakukan seleksi calon Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya