Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Putra Ma’ruf Amin Dorong Kampanye Sejuk

MI
22/12/2018 10:50
Putra Ma’ruf Amin Dorong Kampanye Sejuk
Ketua Dewan Pembina Master C19 Portal KMA Ahmad Syaugi (kanan) dan pengamat komunikasi politik Novita Damayanti menjadi pembicara dalam diskusi di Jakarta, Jumat (21/12/2018).(MI/Ramdani)

DINAMIKA politik nasional selama masa kampanye Pilpres 2019 diwarnai berbagai narasi dan diksi politik yang meresahkan publik. Narasi dan diksi seperti ‘dajal politik’, ‘partai setan’, dan ‘Indonesia bubar 2030’ muncul beriringan dengan berita hasil fabrikasi dan hoaks yang membuat kampanye pilpres jauh dari kesantunan.

Diskusi publik yang diselenggarakan Markas Terpadu C19 Poros Nyata Laskar KH Ma’ruf Amin (Master C19 Portal KMA) sebagai pusat diskusi dan penyebaran pemikiran KH Ma’ruf Amin menghadir­kan narasumber Novita Damayanti, dosen dan pakar komunikasi politik dari Universitas Moestopo (Beragama); Karyono Wibowo, Direktur Indonesian Public Institute; dan KH Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin, putra KH Ma’ruf Amin yang juga Ketua Dewan Pembina Master C19 Portal KMA.

Dalam diskusi tersebut, para narasumber sepakat bahwa narasi politik yang santun, teduh, dan konstruktif harus menjadi muatan utama dalam pelaksanaan kampanye dan kompetisi politik.

Ahmad Syauqi menyatakan KH Ma’ruf Amin selalu menekankan kepada para pendukungnya untuk mengedepankan gaya komunikasi yang santun. Kampanye harus dilakukan secara edukatif, tidak disertai ujaran kebencian.

Novita menekankan perlunya literasi komunikasi santun untuk mencegah meluasnya perpecah-an karena perbedaan pandangan politik. “Perbedaan pendapat dan pandangan politik itu wajar dalam negara demokrasi. Berbahaya bila perbedaan itu memicu perpecah-an,” tegas Novita.

Labih lanjut, Ahmad Syauqi mengatakan, untuk membangun harmonisasi di Indonesia, sudah sepatutnya seluruh masyarakat bersatu. Indonesia bisa merdeka dan berjaya karena semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

“Saya yakin kita semua tidak ingin persaudaraan dan persatuan ini rusak,” ujarnya.

Menurut dia, fenomena politik saat ini sangat mengerikan. “Sudah banyak ditanam pohon be­racun yang buahnya mulai banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Apalagi untuk generasi yang akan memimpin ke depan.” (Pol/P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya