Silaturahim Menjaga Bangsa

Dero Iqbal Mahendra
04/12/2018 10:30
Silaturahim Menjaga Bangsa
(MI/Susanto)

DUA sosok yang di segani masyarakat karena kepakaran dan karismanya bertemu membicarakan persoalan bangsa.

Mereka ialah Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2013 Mahfud MD dan ulama karismatik KH Maimun Zubair, bertemu pada Minggu (2/12) malam di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta.

"Kami bicara filosofi-filosofi berdirinya bangsa ini, di mana kekuatan bangsa, dan bagaimana manusia memosisikan diri agar Indonesia sebagai rahmat Allah tetap terjaga," kata Mahfud seusai pertemuan tertutup selama sekitar satu jam tersebut.

Dalam kesempatan itu, Mahfud menegaskan bahwa dirinya bersama Kiai Maimun sama sekali tidak membahas soal politik praktis yang berkaitan dengan Pemilihan Presiden 2019.

"Kami tidak bicara itu (politik). Kami bicara yang lebih penting, ya, masalah bangsa secara keseluruhan," lanjut Mahfud.

Menurut Mahfud, Indonesia yang berdiri dan merdeka atas berkat rahmat Allah itu patut disyukuri dan harus senantiasa dijaga keberlangsungannya.

Untuk menjaga kelangsungan negara dengan masyarakatnya yang berbeda-beda, menurut dia, selama ini bangsa Indonesia telah menentukan jalan dengan memilih jalur demokrasi.

Oleh karena itu, demokrasi sebagai sarana juga harus dijaga agar senantiasa ditempuh dengan sikap jujur.

"Harus bersikap jujur, tidak main tikam dari belakang, dan semuanya adu visi untuk maju ke depan," ujar Mahfud yang mengaku sudah biasa berdiskusi dengan Kiai Maimun sejak masih menjabat Ketua MK.

Adapun KH Maimun Zubair mengibaratkan Indonesia layaknya sebuah rumah tangga. Dalam rumah tangga seyogianya jangan sampai terjadi perselisihan hanya karena perbedaan termasuk menyangkut agama.

"Kita harus kembali kepada apa yang sudah dianugerahkan Allah kepada bangsa ini. Kerukunan manusia dimulai dari apa yang disebut rumah tangga. Rumah itu terdiri atas pasangan. Jadi, tidak bisa milik perempuan saja atau laki-laki saja, harus ada laki-laki dan perempuan," ungkap pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang ini.

Perlakuan sama
Beberapa waktu lalu, ketika bertemu dengan calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin, Buya Syafii juga mengungkapkan jangan sampai Pilpres 2019 diwarnai dengan politisasi agama.

Menurut Buya Syafii, agama tidak bisa dipisahkan dari politik. Tetapi, semestinya agama menjadi panduan moral dalam berpolitik.

"Jadi, agama jangan dijadikan kendaraan. Politik yang harus menjadi kendaraan moral. Idealnya begitu," kata Buya Syafii.

Adapun Ma'ruf Amin mengaku Buya Syafii menitipkan sejumlah pesan kepadanya, di antaranya apabila terpilih menjadi wakil presiden pada Pilpres 2019 diharapkan siap menjadi wapres untuk seluruh rakyat Indonesia secara adil, baik terhadap kubu pendukung maupun lawan politik.

"Walaupun bukan pendukung, katakan misalnya rival politik, tetap kita perlakukan sama," ujar Amin.

Apabila terpilih sebagai wapres mendampingi Presiden Joko Widodo, dirinya siap merawat kemajemukan bangsa dengan menghindari  diskriminasi terhadap kelompok tertentu. "Jangan sampai tidak diberikan pelayanan."  (AU/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya