Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Joko Widodo Pernah Nyantri di Situbondo

Abdillah Muhammad Marzuqi
14/11/2018 11:10
Joko Widodo Pernah Nyantri di Situbondo
Presiden Joko Widodo memberikan kuis kepada siswa dan siswi Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo saat menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (4/2).( FOTO-FOTO/SETPRES)

PRESIDEN Joko Widodo ternyata pernah menjadi santri di Sibubondo, Jawa Timur. Meski tidak menjadi santri di pesantren, Jokowi secara khusus belajar ilmu agama di bawah didikan KH As'ad Samsul Ali dari pondok pesantren di Situbondo. Hal itu diungkapkan calon wakil presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin. Oleh karena itu, kata Amin, Jokowi dianggap santri oleh ulama Situbondo.

"Karena ada hubungan keilmuan, yang mengajari agama Pak Jokowi itu alumnus senior dari Situbondo," kata Amin di kediamannya, Menteng, Jakarta, kemarin.

Ia menyatakan Jokowi tidak mondok di pesantren Situbondo, tapi hanya belajar agama secara mendalam dari kiai asal Situbondo sehingga dianggap sebagai anak didik ulama Situbondo. "Nah, biasa dalam jalur keilmuan dianggap sebagai santri," jelas Amin.

Ia mengaku mengetahui hal itu saat bertemu kiai di Sukorejo, Jawa Timur. Kiai yang menggurui Jokowi ialah KH As'ad Samsul Ali asal pondok pesantren Situbondo. Jokowi disebut mencintai kiai dan santri sehingga memilih KH Ma'ruf Amin sebagai pendampingnya dalam Pilpres 2019. "Itu karena beliau mencintai kiai dan Nahdlatul Ulama (NU)," ujarnya.

Baginya, menjadi cawapres merupakan pintu masuk atau jalan bagi warga NU dan ulama agar lebih berperan aktif dalam menjaga bangsa dan negara. "Seperti ini juga agar NU bisa berkiprah, ulama bisa berperan. Siapa tahu ini merupakan awal, jadi jalan, siapa tahu ada kader NU yang jadi presiden," tuturnya.

Oleh karena itu, doa restu dan dukungan ulama sangat diperlukan sehingga saat pertemuan bersama para kiai selanjutnya ketika dirinya sudah berkapasitas sebagai wakil presiden. "Pak Jokowi memulai zikir nasional di Istana, padahal selama 70 tahun (Istana) tidak pernah melakukan kegiatan itu. Pak Jokowi itu orangnya memiliki keberanian dalam mengubah tradisi yang sebelumnya tidak pernah ada," tukas Amin.

Bukan buta harfiah

Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin meluruskan pernyataannya tentang buta dan tuli. Menurutnya, maksud pernyataannya ialah ungkapan dan bukan secara harfiah. "Matanya enggak buta, jadi enggak ada hu-bungannya dengan fisik, ya," urainya.

Ia hanya membeberkan ungkapan di Alquran tentang menilai sesuatu secara objektif. Menurutnya, kaum tunanetra tentu tak akan tersinggung dengan nilai-nilai dari kitab suci itu karena tak ada kaitan pernyataannya dengan menyinggung fisik seseorang. "Tidak relevan kalau dia menggugat, saya wong enggak ada urusannya fisik kok," sebut Amin.

Pendiri Advokasi untuk Disabilitas Inklusi (Audisi) Yustitia Arief mengamini pernyataan itu. Pasalnya, maksud buta dan tuli itu tidak dalam kaitan merendahkan kaum disabilitas. "Saya yakin Pak Kiai tidak bermaksud menyinggung apalagi merendahkan penyandang disabilitas."

Menurut Yustitia, perkataan itu hanya kiasan untuk orang yang tidak mau melihat hasil kinerja Presiden Jokowi. Ungkapan 'buta' mewakili mereka yang tidak mau melihat kebaikan, dan 'tuli' untuk yang tidak mau mendengar keberhasilan karena tertutup rasa benci. (P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya