Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PENGGUNAAN gimmick politik atau muslihat oleh kontestan pemilu, khususnya partai politik dan calon anggota legislatif, hanya akan menambah ketidakpercayaan publik. Strategi itu pun percuma untuk mendulang suara.
Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, saat ini parpol memiliki tingkat kepercayaan rendah di mata masayarakat. Hasil survei yang dilakukan pihaknya pada 23-26 Agustus 2018 menyebutkan 45,8% responden tidak percaya dengan kinerja parpol, 44,1% tidak percaya terhadap kinerja DPR, dan 40,5% tak percaya DPD.
"Jadi, kalau masih menggunakan itu (gimmick), malah akan lebih menurunkan kepuasan publik," ujar Yunarto di Jakarta, kemarin.
Dengan tingkat kepuasan publik seperti itu, imbuhnya, parpol lebih menggunakan figur-figur terkenal untuk meyakinkan masyarakat. Parpol masih bersikap pragmatis, padahal sebagai salah satu wadah politik, mereka harus mampu melakukan regenerasi kader ideologis.
Yunarto menuturkan, parpol atau caleg sah-sah saja mengharapkan ada efek ekor jas dari pasangan capres-cawapres yang lebih disorot masyarakat. Namun, hal itu tidak akan berpengaruh signifikan khususnya bagi parpol yang tak memiliki afiliasi dekat dengan capres-cawapres.
"Pada akhirnya yang dapat menaikkan suara parpol adalah caleg petahana yang sudah memiliki base market serta caleg-caleg pesohor baik di level politik atau publik figur yang notabene dapat lebih diterima masyarakat," kata Yunarto.
Senada, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto memandang penggunaan gimmick politik tidak akan efektif untuk meraup suara masyarakat. Pasalnya masyarakat akan lebih melihat program yang nantinya ditawarkan sebagai pertimbangan untuk menyalurkan hak suara mereka.
Karakter parpol
Gun Gun menyebut ada beberapa faktor yang dapat diperhatikan parpol untuk meraup suara. Faktor-faktor itu ialah bekerjanya figur caleg di basis teritorial, memiliki program populis yang dapat dijabarkan, dan soliditas di internal parpol.
"Para caleg juga dapat menunjukkan karakter parpolnya sehingga selain dapat menjadi pendidikan politik bagi masyarakat, juga dapat dijadikan identitas parpol itu sendiri," tutur Gun Gun
Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar, mengatakan penggunaan gimmick politik disebabkan karakteristik para caleg yang hanya datang saat menjelang pemilu. Jadi, salah satu cara tercepat yang dipakai ialah penggunaan gimmick untuk menyasar sisi emosional pemilih.
"Padahal, secara strategi, parpol dan caleg dapat menawarkan gagasan-gagasan konkret yang nantinya dapat disesuikan dengan kebutuhan konstituen pemilihnya. Hal itu lebih efektif diterapkan sebab masyarakat saat ini cenderung melihat hasil dan efek dari kebijakan yang diterapkan," tandas Rully. (X-8)
Surat dari DPP PDIP dibutuhkan untuk menyelesaikan perbedaan tafsir terkait penetapan caleg yang sudah meninggal pada Pamilu 2019. Dia juga menjelaskan surat balasan dari MA.
Yasonna keluar dari Gedung Merah Putih KPK sekitar pukul 16.45 WIB. Jalur pulang dia berbeda dengan saksi lainnya.
Sidang akan digelar pada hari Senin (24/2) pukul 13.30 WIB di Kantor Bawaslu Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.
Selain itu, Jokowi mengatakan, NasDem selalu konsisten mendukung dirinya saat bersama Jusuf Kalla maupun kini dengan KH Ma'ruf Amin.
Revisi UU Pemilu perlu disegerakan agar penyelenggara pemilu mempunyai waktu yang cukup dalam melakukan proses sosialisasi dan tahapan Pemilu 2024.
Peserta sekolah legislatif akan mendapatkan berbagai materi pelajaran tentang kedewanan sebanyak 40%, kepartaian 30%, dan pembangunan karakter 30%
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved