Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Demokrasi Ajang Adu Gagasan

Dero Iqbal Mahendra
11/8/2018 13:17
Demokrasi Ajang Adu Gagasan
(ANTARA/Mohammad Ayudha)

KEPASTIAN nama calon presiden dan calon wakil presiden yang dideklarasikan Kamis (9/8) menghadirkan suasana optimistis di Bursa Efek Indonesia, kemarin.

Indeks harga saham gabungan ditutup menguat 11,91 poin atau 0,20% menjadi 6.077,17. Di sisi lain, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 2,92 poin atau 0,31% menjadi 963,07.

Kepala Riset Pacific Capital Investment, Parningotan Julio, menilai sentimen positif membayangi pasar saham domestik setelah pengumuman nama calon presiden dan wakilnya tersebut. "Walau bursa di luar negeri cenderung negatif."

Kemarin, sekitar pukul 09.30 WIB, pasangan capres dan cawapres Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin mendatangi Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menyampaikan berkas syarat pencalonan. Seusai menyerahkan berkas pencalonan, Jokowi dan Ma'ruf Amin memberikan keterangan pers.

"Ini baru langkah pertama. Pada kesempatan ini saya ajak rakyat agar menjadikan pemilu benar-benar perayaan kegembiraan berdemokrasi. Demokrasi bukan perang. Demokrasi bukan permusuhan, tetapi ajang adu gagasan," kata Jokowi yang didampingi para ketua umum dan sekjen partai koalisi pengusungnya.

Siang harinya, sekitar pukul 13.30, giliran pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendatangi kantor KPU.

Dalam penilaian Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai pasangannya sebagai respons karena selama ini dia selalu diserang dengan isu primordialisme ataupun SARA.

"Ma'ruf meringankan Jokowi menghadapi kampanye hitam. Dengan mengambil ulama, Jokowi membalik narasinya menjadi pihak yang mewakili umat," kata Yunarto.

Selain itu, penunjukan Ma'ruf Amin sekaligus menampung kepentingan partai yang menginginkan cawapres yang tidak akan maju pada 2024. "Saya sebut ini paling realistis yang bisa membuat kampanye SARA hilang ditambah faktor penerimaan partai lebih besar."

Jalan buntu

Sebaliknya, Yunarto mengatakan pemilihan Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo merupakan keterpaksaan. "Nama Sandiaga secara elektoral jauh di bawah AHY, Salim Segaf, atau Abdul Somad."

Pengamat politik Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi, menambahkan petahana Jokowi memiliki keunggulan dengan keberhasilannya membangun infrastruktur terutama di wilayah Indonesia Timur.

"Program yang bisa dimunculkan ialah penyelesaian masalah ekonomi, sosial, dan pembangunan lebih objektif. Saya pikir isu SARA akan turun," ujar Airlangga.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai Sandiaga merupakan pilihan yang lahir dari jalan buntu Prabowo soal cawapres.

Pasalnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditolak mentah-mentah, baik oleh PKS maupun PAN.

"Begitu pun Salim Segaf, juga ditolak Demokrat. Terpaksa pilih Sandi. Akhirnya Prabowo memilih Sandi. Mungkin inilah posisi tawar Gerindra untuk PAN dan PKS. Enggak pernah terjadi capres dan cawapres dari satu partai politik," tandas Qodari. (Opn/Ant/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik