Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Cara NasDem Patut Ditiru Parpol Lain

Putri Anisa Yuliani
01/7/2018 07:30
Cara NasDem Patut Ditiru Parpol Lain
(MI/PANCA SYURKANI)

SKEMA politik tanpa mahar yang diusung Partai NasDem memberi pelajaran positif kepada partai politik (parpol) lainnya. Bahkan, skema itu dinilai patut ditiru parpol lain.

Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan politik tanpa mahar ini membuat NasDem sukses mendapatkan pemimpin potensial.

"Cara ini baik untuk diangkat menuju Pilpres 2019 nanti. Cara-cara seperti ini yang harusnya dimiliki oleh parpol lain," kata Hendri dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, kemarin.

Menurutnya, banyak tokoh masyarakat yang sudah memiliki basis suara cukup besar, tapi tidak memiliki kendaraan politik jelang Pileg 2019. NasDem, kata dia, harus bisa memanfaatkan kondisi tersebut.

"Ketika diberi kesempatan jadi caleg, pastinya mereka dengan mudah galang massa untuk dukung mereka," tutur dia.

Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan melihat, politik tanpa mahar menjadi salah satu faktor keberhasilan NasDem pada pilkada serentak 2018. Menurutnya, politik tanpa mahar memangkas proses negosiasi antara kandidat dan parpol. "Karena biasanya negosiasi untuk mengusung itu kan tergantung pada ada syarat atau tidak. Kalau tidak ada mahar, kan mudah," ujar Djayadi.

Djayadi menilai kemenangan 11 calon gubernur-wakil gubenur yang diusung Partai NasDem pada Pilkada serentak 2018 tak luput dari keberhasilan melihat kandidat. ''NasDem sebagai partai baru jeli melihat akseptabilitas para calon yang akan diusung. Sebab, dalam gelaran pilkada, akseptabilitas atau tingkat penerimaan masyarakat jadi salah satu faktor penting.''

Djayadi menuturkan dengan politik tanpa mahar, NasDem jadi tidak memiliki beban psikologis untuk mencalonkan kandidat yang memiliki akseptabilitas tinggi di sebuah daerah. Apalagi, pilkada selama ini faktor uta-manya ialah kandidat yang dicalonkan.

Dia menambahkan, ada faktor keberanian para 'pencari bakat' NasDem. Ia mencontohkan, NasDem sejak awal telah memilih mengusung Ridwan Kamil pada Pilkada Jabar 2018. "Contohnya Ridwan Kamil di Jabar, partai lain belum nyalonin, mereka sudah duluan. (NasDem tahu) Ridwan Kamil ialah calon yang paling diterima masyarakat sehingga potensi terpilih sangat besar.''

Direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menambahkan fenomena ini disebabkan strategi partai menengah yang lebih cerdas dan kreatif.

"Pertama karena strateginya. Partai menegah lebih cerdas memilih kandidat," kata Ubedilah.

Ubedilah menilai partai menengah seperti NasDem memiliki kemampuan political mapping yang baik. Selain itu, partai menengah juga dinilai lebih mampu membaca publik dan memetakan peluang kemenangan.

11 provinsi

Partai NasDem mencatat 11 calon yang diusung dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur menang dari 17 provinsi yang menggelar pemilihan. Kemenangan itu ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Maluku, NTT, Papua, Sumatra Utara, Sulawesi Tenggara, Riau, Kalimantan Barat, dan Sumatra Selatan.

Tiga calon pemenang di antaranya merupakan kader internal NasDem, yakni di Sumsel, NTT, dan Sulawesi Tenggara.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya