Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Faktor Figur Menentukan di Pilkada, di Pilpres Belum Tentu

Nurjiyanto
27/6/2018 22:44
Faktor Figur Menentukan di Pilkada, di Pilpres Belum Tentu
(Ilustrasi)

DIREKTUR Riset Lembaga Survei Saiful Mujani Reasearch & Consulting (SMRC) Deni Irvan menilai hasil quick count yang dilakukan oleh lembaganya menggambarkan bahwa sosok tokoh atau kefiguran masih menjadi faktor kuat yang berperan dalam menarik suara pemilih pada Pilkada 2018. Meski demikian, hal itu tidak dapat dijadikan acuan dalam kontestasi Pilpres dan Pileg 2019 mendatang.

Dia mencontohkan minimnya kemenangan calon kepala daerah yang diusung PDIP di Pilkada ini. Ia menilai hal tersebut dipengaruhi oleh faktor tokoh calon yang diusung partai pemenang pemilu 2014 lalu tersebut.

"Pilkada ini lebih ke pertarungan tokoh dan bukan partai, jadi orang lebih melihat tokohnya. Lagi-lagi ini belum mencerminkan elektabiliatas partai di 2019 tetapi karena calon dari PDIP mungkin kurang dianggap positif maka bisa kalah," katanya.

Hal tersebut pun terjadi pada para pasangan calon yang diusung oleh partai Gerindra di Pilkada 2018 ini. Dari hasil survei quick count hanya satu calon kepala daerah yang berhasil memenagkan suara pemilih yakni di Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil quick count SMRC pasangan calon yang didukung oleh PDIP hanya menang di dua daerah yakni Jawa Tengah dan Bali. Sedangkan Gerindra hanya menang di Sumatera Utara.

Dalam kontestasi pilkada, ujarnya, publik masih melihat faktor elektabilitas--baik dari segi track record maupun karekter tokoh, sebagai hal yang utama dalam pertimbangan memilih.

"PDIP cenderung memilih figur dalam segi elektabilitas survei cukup rendah. Padahal, karekteristik pemilih dalam ajang Pilkada 2018 ini cenderung melihat sosok figur calon kepala daerahnya meski di daerah tersebut basis masa partai tersebut kuat," ujarnya.

Gambaran kontestasi pilkada semacam itu tidak dapat dijadikan acuan dalam kontestasi Pilpres dan Pileg 2019 mendatang. Sebab masih ada waktu satu tahun lagi guna mengevaluasi serta melakukan rekonsilidasi mesin partai di lapangan.

"Faktor figur masih lebih dominan ketimbang faktor lain di Pilkada 2018 tapi itu bukan berarti daya mesin partai tidak penting, kedua faktor itu tidak bisa dipisahkan meski pemilihan figur masih lebih mempengaruhi pemilih," ujarnya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anata
Berita Lainnya