Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
BUPATI Pati Haryanto diduga memengaruhi bakal calon legislatif (bacaleg) untuk bergeser dari Partai NasDem ke partai lain. Hal itu dilakukan Haryanto akibat dendam politik.
Partai NasDem pada Pilkada 2017 diketahui memiliki posisi berseberangan dengan Haryanto yang merupakan calon tunggal berpasangan dengan Saiful Arifin.
Partai NasDem ketika itu memilih mendukung kotak kosong. Para pendukung kotak kosong itulah yang diduga menjadi korban balas dendam politik dari Haryanto yang ketika itu menang melawan kotak kosong.
Haryanto pun diduga berupaya memengaruhi bacaleg Partai NasDem untuk bergeser ke partai lain.
Hal itu disebabkan partai besutan Surya Paloh semakin membesar di daerah itu ketika kotak kosong dalam pilkada memperoleh suara cukup signifikan.
Berdasarkan catatan KPU Pati saat Pilkada Pati 2017, pasangan Haryanto-Saiful Arifin yang diusung delapan partai politik di luar NasDem memperoleh 519.675 suara, sedangkan kotak kosong memperoleh 177.762 suara dari total 697.437 suara sah. Suara tidak sah tercatat sebanyak 14.984 suara.
“Dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) Pati yang mencapai 1.034.256, tingkat partisipasi pemilih yang ada sekitar 68,9%,” kata Ketua KPU Pati Moch Nasich.
“Saya beberapa kali diminta Bupati Haryanto atau orang-orangnya untuk pindah ke partai lain dan meninggalkan Partai NasDem,” kata seorang bacaleg dari Partai NasDem Pati.
Bacaleg yang kini masih duduk di kursi DPRD Pati itu mengatakan karena Partai NasDem menjadi ketetapan hati dan partai pengusung perubahan yang diyakini mampu membangun negara dengan baik, ia mengaku tidak akan goyah serta berubah pikiran dan hati.
Perjalanan Partai NasDem di Pati, masih menurut sumber yang sama, cukup fenomenal.
Saat pertama kali muncul pada Pemilu 2014, NasDem mampu mengantar 5 kader menjadi anggota DPRD Pati, termasuk mendulang suara untuk 1 anggota DPRD Jateng dan 1 anggota DPR.
Pengakuan senada dilontarkan seorang pengurus Partai NasDem Pati.
Menurut anggota DPRD Provinsi Jateng dari daerah pemilihan Pati dan Grobogan itu, banyak bacaleg yang tertarik dan antusias untuk maju di pemilu legislatif melalui Partai NasDem.
“Akan tetapi, sangat disesalkan Bupati Pati dan orang-orangnya membujuk agar para bacaleg berpindah ke partai mana pun asalkan bukan Partai NasDem. Sepertinya ada dendam politik dari yang bersangkutan karena NasDem pada pilkada yang lalu tidak mendukung dia,” tambahnya.
Pengamat politik Universitas Diponegoro Teguh Yuwono mengatakan saling memengaruhi untuk mencari dukungan dalam politik ialah hal biasa.
Demikian pula bila seorang kepala daerah kader partai memiliki agenda untuk membesarkan partainya dan menghabisi partai lain yang tidak sejalan, hal tersebut dinilai sah-sah saja.
Namun, sebagai kepala daerah, dia tidak boleh meninggalkan kewajiban mengurus rakyat dan membangun daerah. “Jangan campur adukkan antara posisi di partai dan kepala daerah. Jika itu terjadi, demokrasi bisa hancur seperti mesin mobil harus memisahkan oli dengan air. Kalau keduanya menyatu, itu akan berakibat rusak mesin atau mogok sebelum sampai tujuan.” (AS/X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved