Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
AKSI biadab yang dilakukan kelompok teroris belakangan ini membangkitkan solidaritas anak bangsa untuk bersama-sama melawan para penjahat kemanusiaan itu. Para tokoh dari lintas iman, profesi, dan budaya pun menggelorakan gerakan melawan terorisme.
Sekitar 25 tokoh yang tergabung dalam Gerakan Warga Lawan Terorisme menyuarakan persatuan dan perdamaian untuk melawan terorisme di Indonesia di Wahid Foundation, Jakarta, kemarin. “Kami, Gerakan Warga Lawan Terorisme, yang terdiri dari tokoh lintas iman, lintas profesi, dan masyarakat adat mengutuk keras tindak kejahatan terorisme. Kami juga menyampaikan dukacita mendalam kepada para korban dan keluarga,” ujar Sinta Nuriyah Wahid, istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid.
Kegiatan itu dibuka dengan lantunan doa dari perwakilan tiap agama dan kepercayaan. “Bawalah bangsa ini kepada kedamaian yang abadi. Terima kasih Tuhan, semoga Tuhan merestui, rahayu,” ujar Engkus Ruswana, penghayat kepercayaan dari Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI).
Mereka pun menyuarakan sejumlah sikap dan harapan, antara lain mendukung penuh aparat penegak hukum dan pemerintah untuk segera menghentikan teror serta menindak tegas para pelaku dan pihak-pihak yang terlibat. Pun, mereka mendorong pemerintah untuk memastikan pemulihan yang efektif kepada para korban dan keluarganya.
Menurut Ketua Setara Institute Hendardi, pemerintah harus lebih tegas dalam menghadapi terorisme. Memberantas berbagai bentuk intoleransi, sekecil apa pun itu, menjadi penting bila perdamaian dalam keberagaman ingin diwujudkan. “Karena terorisme itu bisa dibaca dan kemudian dicegah sejak dini. Asal pemerintah mengambil langkah cepat.’’
Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI Abdul Moqsith Ghozali menekankan, siapa pun yang terlibat dalam terorisme telah salah dalam memahami Alquran. Apalagi ketika sampai melibatkan perempuan dan anak-anak.
Masalah intoleransi juga menjadi perhatian Direktur Imparsial Al Araf dalam Dialog Selasa di DPP Partai NasDem, Jakarta, kemarin. Menurut dia, maraknya ujaran kebencian dan intoleransi menjadi salah satu pemicu tindakan terorisme. “Ini harus menjadi perhatian dalam dinamika pergerakan terorisme,” ucapnya.
Solidaritas marak
Sejak teroris berulah, solidaritas rakyat untuk melawan terorisme pun marak. Tadi malam, ratusan orang yang menamakan diri Forum Indonesia Guyub menggelar aksi di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Mereka menyalakan lilin dan menggelorakan perlawanan terhadap terorisme.
“Berjuang lawan terorisme! Tujuan teroris ialah membuat kita takut. Karena itu, harus diucapkan setiap hari kepada saudara kita, teman kita, bahwa kita tidak takut! Kita tidak takut! Kita tidak takut!” seru Muhammad Yamin, salah satu peserta aksi yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Seknas Jokowi.
Aksi serupa dilakukan di sejumlah daerah. Di depan Balai Kota Cirebon, Jawa Barat, Masyarakat Cirebon untuk Perdamaian merapatkan barisan guna melawan terorisme. “Kami bersama-sama mengutuk perbuatan keji yang dilakukan kelompok-kelompok radikal terhadap orang-orang yang tidak berdosa,” kata Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU yang juga Gusdurian Cirebon, Marzuki Wahid.
Di Palu, Sulawesi Tengah, sejumlah ormas keagamaan yang berhimpun dalam Aliansi Indonesia Melawan Terorisme mengunjungi tempat-tempat ibadah untuk menyuarakan gerakan antiterorisme. Kegiatan itu sekaligus untuk menjaga soliditas antarumat beragama. (Uta/Nic/Ant/X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved