Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
SETELAH memberi rekomendasi untuk pasangan calon Gubernur-calon Wakil Gubernur Jawa Timur dalam Pilkada Jatim 2018, Khofifah Indarparawasa-Emil Dardak, Partai NasDem Jatim menyiapkan strategi khusus untuk memenangkan keduanya.
"Jika parpol lain memasang spanduk dan baliho, NasDem memiliki cara khusus. Nantinya NasDem lebih mengedepankan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan pemilih," kata Sekretaris DPW NasDem Jatim Aminurrokhman di Surabaya, kemarin.
Partai NasDem memiliki kegiatan secara reguler, sekolah kader yang kini sudah masuk sampai pelosok desa.
Dari situlah, kata Aminurrokhman, kampanye bakal dilakukan cagub dan cawagub yang sudah direkomendasikan partai.
"Jadi, langsung bersentuhan dengan rakyat kecil," tegasnya.
Cara lain NasDem ialah dengan memaksimalkan kampanye Khofifah-Emil melalui media massa.
"Sejauh ini cara itu sangat efektif untuk memperkenalkan Khofifah-Emil secara luas," katanya.
Kendati demikian, NasDem tidak ingin bergerak sendiri mengingat Khofifah-Emil diusung banyak partai seperti Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Hanura.
"Tentu harus disinergikan dengan partai koalisinya. NasDem kan tidak sendirian mengusung. Harus disinkronkan biar tidak ada ketersinggungan," pungkasnya.
Sehari sebelumnya, NasDem sudah secara resmi mengeluarkan surat rekomendasi untuk mendukung Khofifah-Emil.
Sekretaris Jenderal NasDem, Johnny G Plate, memberikan formulir model B1KWK parpol kepada Khofifah-Emil di Gedung DPP NasDem, Jakarta, Selasa (2/1).
NasDem menilai Jatim memiliki peran strategis untuk mendukung peningkatan perekonomian secara nasional.
Bersama dengan partai-partai koalisi pendukung Khofifah-Emil lainnya, NasDem berharap Khofifah-Emil dapat bergerak secara cepat dan efektif untuk segera menyampaikan program-program ke masyarakat Jatim.
Netral
Di Pilkada Jawa Timur 2018, Khofifah-Emil akan bertarung dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas.
Di lain pihak, pencalonan Yenny Wahid yang sebelumnya akan diusung Gerindra batal karena Yenny menolak menyusul tidak adanya restu dari keluarga.
Saat dikonfirmasikan terpisah, kakak Yenny sekaligus pendiri Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, memastikan apa pun keputusan Yenny terhadap pencalonannya itu ialah hak pribadinya. Jaringan Gusdurian yang dipimpinnya secara keseluruhan tidak menyatakan memberi dukungan kepada calon mana pun karena memiliki prinsip netral dalam semua kegiatan politik praktis.
Karena itu, ujarnya, jika kemudian ada yang mengatasnamakan Gusdurian dan memberikan dukungan terhadap salah satu pasangan, akan dilakukan klarifikasi secara saksama.
"Biasanya ada yang mengaku Gusdurian dan memberi dukungan politik. Mereka yang mengaku Gusdurian dan memberikan dukungan politik ialah Gusdurian musiman. Mereka muncul ketika ada kepentingan politik yang menguntungkan," tegasnya.
Ketika kondisi kebangsaan memerlukan perhatian dan tindakan nyata untuk menyelamatkannya, Alissa mengutarakan kelompok itu lantas menghilang.
Padahal, menurutnya, justru membangun bangsa ialah hal yang seharusnya dilakukan seorang Gusdurian. (AU/P-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved