Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
INSIDEN pemberontakan yang dilakukan milisi Maute di Kota Marawi, Filipina, amat berpotensi membangkitkan sel-sel tidur di Indonesia. Apabila tidak ada langkah pencegahan, maka sel-sel tidur yang sudah terafiliasi dengan kelompok Islamic State (IS) itu dapat melebur dan menjadi radikal.
Demikian pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ketika memberikan sambutan di acara Buka Puasa Bersama dan Dialog dengan Pimpinan Redaksi Media Massa dan Pimpinan Organisasi Pers, di Balai Sudirman, Jakarta, Senin (12/6) malam.
"Ini yang perlu kita waspadai. Kita tidak pernah dengar terjadi apa-apa di Marawi, karena kita tidak bisa dengar sel-sel tidur yang sudah terbentuk dari awal. Begitu dibangunkan sel-sel tidur ini akan langsung bergabung dengan kelompok radikal," ujarnya.
Menurut dia, persoalan lain yang tidak kalah penting ialah mengantisipasi pergeseran kelompok IS ke Indonesia. Maklum, informasi intelijen menyebutkan bahwa kelompok radikal yang memiliki basis di Suriah dan Irak itu telah masuk ke sejumlah wilayah, seperti Kota Bitung, Sulawesi Utara, dan Pulau Morotai, Maluku Utara.
"Kalau ada langkah yang membangunkan sel tidur ini maka berbahaya. Dalam konteks ini apabila kita tidak bisa menangani, maka tangan dari luar akan datang dengan dalih kemanusiaan."
Sebagai contoh, lanjut Gatot, kalangan pers di Afganistan pernah mengatakan negara mereka adalah negara damai. Namun, begitu pecah konflik dan terlihat ada negara lain yang mencoba masuk, praktis semua pihak tidak bisa mengendalikan situasi tersebut.
"Jangan sampai konflik di Suriah berpindah ke Indonesia. Ini yang saya minta peran dari media. Jangan sampai mereka masuk ke tempat kita karena di Indonesia sudah ada benih-benihnya," terang Gatot.
Mantan Kepala Staf TNI AD itu, mengajak kepada seluruh elemen bangsa dan masyarakat untuk sama-sama mencermati peristiwa berdarah di Marawi. Bahkan, informasi intelijen Bahrain pernah menyebutkan jika Suriah dan Irak tidak aman, maka kelompok IS di Asia Tenggara akan memusatkan kekuatan di Filipina Selatan.
Selain itu, sambung dia, intelijen Filipina pun mengaku saat ini jumlah kekuatan IS telah mencapai 600 orang lebih atau meningkat drastis dari sebelumnya yang diduga hanya 50-100 orang. Indikasi itu juga telah diprediksi dengan maraknya kasus penculikan yang menimpa WNI dan warga negara lain di perairan Filipina.
"Satu setengah tahun lalu saya berkeliling ke kampus-kampus. Saya sampaikan bahwa Bahrain memberikan informasi intelijen. Enam bulan kemudian Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyampaikan kejadian di Marawi," pungkasnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved