Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
GENERASI Z diharapkan dapat menjadi penggerak dalam pengawasan partisipatif pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024. Generasi Z atau Gen Z umumnya mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan generasi yang tumbuh di tengah teknologi digital. Mereka dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, aktif di media sosial, dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Akademisi dari Universitas Warmadewa I Nengah Muliarta mengatakan Generasi Z memiliki peran sangat krusial dalam proses pengawasan partisipatif pemilihan kepala daerah (Pilkada), terutama dalam menjaga integritas dan kualitas demokrasi. Dalam konteks ini, Generasi Z memiliki peluang untuk berperan aktif dalam menjaga kualitas demokrasi, mengingat mereka memiliki akses informasi yang lebih luas dan kemampuan untuk berkolaborasi melalui platform digital.
“Karakteristik ini menjadikan mereka sebagai agen perubahan yang potensial dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pengawasan Pemilu,” kata Muliarta yang juga Koordinator Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Bali, NTB dan NTT saat menjadi narasumber dalam acara Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Pilkada yang diselenggarakan oleh Panwaslu Kecamatan Kuta, di Kuta, Badung, Bali pada Sabtu (19/10).
Menurut Muliarta, pengawasan partisipatif adalah upaya masyarakat untuk terlibat dalam proses pemilihan, guna memastikan bahwa pemilihan berlangsung secara adil dan transparan. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dapat mencegah praktik-praktik kecurangan, seperti politik uang, intimidasi, dan penyalahgunaan wewenang
Muliarta menjelaskan generasi Z memiliki kesadaran politik yang tinggi, yang terlihat dari keterlibatan mereka dalam berbagai isu sosial dan politik. Generasi ini lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah dan cenderung mengadvokasi perubahan. Melalui media sosial, mereka dapat menyebarluaskan informasi dan mengajak teman-teman mereka untuk berpartisipasi dalam pengawasan Pilkada.
Muliarta memaparkan, dengan kemampuan teknologi yang mumpuni, Generasi Z dapat memanfaatkan berbagai aplikasi dan platform digital untuk memantau proses pemilihan. Misalnya, mereka bisa menggunakan aplikasi pemantauan suara atau platform media sosial untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi selama pemilihan. Di mana penggunaan teknologi dapat mempercepat proses pengawasan dan meningkatkan transparansi.
Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang mampu memobilisasi massa dengan cepat, terutama melalui media sosial. Dalam acara tersebut, Muliarta memberikan contoh bagaimana kampanye kesadaran Pemilu dapat dilakukan dengan efektif di kalangan anak muda. Dengan menyebarkan informasi yang tepat dan relevan, mereka dapat mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam pengawasan Pilkada.
Generasi Z, lanjut Muliarta, memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyampaikan informasi. Mereka cenderung menggunakan konten visual, seperti infografis dan video pendek, untuk menarik perhatian. Dalam konteks pengawasan Pilkada, kreativitas ini dapat digunakan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengawasan dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk berpartisipasi.
Muliarta mengingatkan meskipun Generasi Z memiliki banyak potensi dalam pengawasan partisipatif Pilkada, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pertama, masih ada kesenjangan dalam akses informasi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Banyak individu di daerah terpencil yang belum familiar dengan teknologi dan cara berpartisipasi dalam pengawasan.
Terkait hal itu, Muliarta menyarankan agar lembaga-lembaga terkait, seperti Panwaslu melakukan pendekatan yang lebih inklusif untuk menjangkau semua lapisan masyarakat. Dengan demikian, diharapkan kualitas demokrasi akan semakin baik, dan masyarakat akan lebih percaya pada proses pemilihan yang berlangsung. (RS/H-3)
Mengangkat tema #TogetherWeShine, kegiatan Marina Beauty Journey 2024 mendorong perempuan muda Indonesia untuk memberikan dampak positif bagi sekitar.
Untuk menambah kemampuan finansial, gen Z disarankan untuk belajar berbisnis.
Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jateng, banyak di antara siswa atau siswi jenjang SMA sederajat mengalami gejala gangguan mental.
Laporan Beauty Consumer Behavior and Trend dari Insight Factory by SOCO menunjukkan sekitar 48% Gen Z menghabiskan Rp150 ribu per transaksi untuk produk kecantikan.
Kompetisi dengan total hadiah senilai Rp100 juta ini mengajak generasi muda Indonesia untuk lebih berani dan percaya diri mengungkapkan kreativitas dan dalam merawat diri.
Milenial cenderung merencanakan liburan bersama keluarga atau pasangan mereka, sedangkan Gen Z lebih memilih untuk berlibur dengan teman-teman.
Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nurhayati, menerangkan pihaknya optimis jika Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI sudah melakukan mitigasi
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved