Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
DUA pasangan calon bupati dan wakil bupati dalam Pilkada Sumenep, Jawa Timur, kini bertarung sengit memperebutkan hati kalangan santri, NU, dan birokrasi.
Sejauh ini pasangan Achmad Fauzi-Dewi Kholifah (Fauzi-Nyai Eva) dan Fattah Yasin-KH Ali Fikri (Gus Acing-Mas Kiai) sama-sama mengena di hati masyarakat.
Petahana Ahmad Fauzi, yang saat ini menjabat Wakil Bupati Sumenep, cukup dekat dengan kalangan birokrasi dan pemerintahan desa.
Wakilnya, Dewi Kholifah, merupakan Ketua Pengurus Cabang Muslimat NU Sumenep dan keluarga pengasuh Ponpes Al Usmuni, Trate, Kota Sumenep.
Pasangan Fattah Yasin-Ali Fikri juga kuat di birokrasi dan ponpes. Fattah merupakan pejabat Pemrov Jatim, sedangkan calon wakilnya keluarga pengasuh Ponpes Annuqoyah, Guluk-Guluk, salah satu pesantren besar di Sumenep.
Di awal masa kampanye, kedua pasangan langsung aktif merapatkan diri ke pesantren dan kalangan NU. Mereka bersilaturahim dengan pengasuh ponpes dan santri serta berlomba mengadakan kegiatan di setiap ponpes.
Nomor urut 1, pasangan Fauzi-Nyai Eva, mendatangi sejumlah pesantren dan menggelar peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Ponpes Al Ittihad, Kecamatan Lenteng, dengan menghadirkan tokoh ulama dan santri, Senin (12/10).
Hal yang sama dilakukan pasangan Gus Acing-Mas Kiai. Pasangan nomor urut 2 itu mengawali safari pesantren dari wilayah pesisir utara Sumenep. Mereka juga menggelar HSN dengan menghadirkan sejumlah kiai dan ulama.
Pada HSN itu, mereka sama-sama menjanjikan bantuan operasional untuk madrasah diniah (madin), juga mengalokasikan anggaran untuk guru madin dan guru mengaji.
Sebagai lembaga pendidikan nonformal, Ketua Tim Pemenangan Fauzi-Nyai Eva, Abrari, mengatakan madin memiliki andil dalam menanamkan nilai tata krama dan keagamaan bagi generasi muda.
"Sayangnya, keberadaan madin cenderung lepas dari perhatian dan program pemerintah karena statusnya tidak seperti madrasah ibtidaiah," cetusnya, pekan lalu.
Program bantuan operasional untuk madin, kata dia, bersifat sama dengan bantuan operasional sekolah (BOS) yang akan diberikan pasangan Fauzi-Nyai Eva bila terpilih. Insentif tersebut juga mencakup tenaga pengajar meski besaran nilai bantuan tidak sama dengan BOS.
"Kegunaannya sama, kami programkan untuk guru-guru ngaji di langgar-langgar dan musala yang selama ini luput dari bantuan pemerintah," tandas Abrari.
Ketua Tim Pemenangan Gus Acing-Mas Kiai, Kamalil Ersyad, juga mengaku pihaknya memprogramkan bantuan operasional madin dan bantuan insentif baik guru madin maupun guru mengaji sebagai bentuk penghargaan. "Tentu ada mekanisme yang akan diatur sebelum program tersebut dijalankan," terangnya.
Pengamat politik Madura, Mohammad Ali Humaidi, menilai kedua pasangan memiliki peluang yang sama karena calon wakil bupati berasal dari keluarga pesantren.
Untuk memenangi kursi bupati/wakil bupati, ia menyarankan penggarapan kekuatan di luar birokrasi dan pesantren. Salah satunya kekuatan masyarakat kepulauan.
Keluhan
Kabupaten Sumenep memiliki 126 pulau yang masuk sembilan kecamatan. Empat kecamatan merupakan wilayah yang sangat jauh dari pusat pemerintahan, yakni Arjasa, Kangayan, Sapeken, dan Masalembu.
Ketua Tim Pemenangan Nomor Urut 1, Abrari, menyatakan pihaknya telah menyusun program berdasarkan kebutuhan masyarakat kepulauan. Pihaknya telah menampung sejumlah keluhan warga kepulauan, terutama menyangkut pengurusan administrasi kependudukan, ketersediaan sarana internet, dan keterbatasan layanan kesehatan.
Sarana transportasi kurang memadai dikeluhkan warga Kecamatan Sapeken yang secara geografis lebih dekat ke Pulau Bali dan Sumbawa serta Kecamatan Masalembu yang berposisi lebih dekat ke Pulau Kalimantan.
Sarana transportasi kedua kecamatan masih mengandalkan kapal perintis yang melayani sekali dalam sepekan atau menggunakan perahu motor. Di samping itu, masalah ketersediaan sarana listrik menyala 24 jam menjadi kebutuhan mendesak yang harus diperhatikan pemimpin terpilih nanti.
Pasangan nomor urut 2 membuatkan program pemerataan sarana dan prasarana wilayah kepulauan seperti halnya di daratan. Kamalil Ersyad menegaskan wilayah kepulauan menjadi prioritas jika pihaknya memenangi pilkada. "Jangan terjadi kesenjangan antara wilayah kepulauan dan daratan," katanya.
Koordinator Forum Rampak Naong Sumenep, Lukman Hakim, menilai pogram-program yang ditawarkan kedua pasangan masih bersifat formalitas dan kurang didukung kajian potensi.
Ia mencontohkan bidang kepariwisataan, kedua pasangan memprogramkan kegiatan yang sama. "Kedua pasangan masih terfokus pada objek wisata yang sudah ada dan belum menyentuh potensi-potensi yang bisa dijadikan sebagai objek wisata baru. Program mereka lebih pada pengembangan dan publikasi," tandasnya.
Di Kabupaten Sumenep terdapat beberapa objek wisata baik alam maupun budaya dan sejarah yang sudah terkelola, tapi butuh pengembangan melalui publikasi dan perbaikan pengelolaan.
Misalnya, rangkaian objek wisata keraton, Pantai Sembilan, Pulau Gili Iyang yang terkenal dengan kualitas oksigen terbaik di dunia atau wisata pesta tahunan.
Sebaliknya potensi wisata lain malah lepas dari perhatian. Lukman menyebut pusat produksi keris tradisional di Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Bluto, atau pusat produksi tikar siwalan di Kecamatan Lenteng. "Keduanya bisa dijadikan potensi wisata edukasi, tapi tidak ada dalam program kedua kandidat," imbuhnya. (N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved