Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
SEPERTI apakah seharusnya mobil keluarga atau yang sering diistilah-asingkan menjadi multipurpose vehicle (MPV) untuk kelas menengah? Tidak ada standar khusus untuk itu.
Tetapi, begitu menjajal Mitsubishi Expander dalam perjalanan menikmati liburan awal tahun, 3-6 Januari 2018 lalu, sepertinya saya mulai punya jawaban sendiri untuk pertanyaan tadi.
Expander, kendaraan yang diluncurkan pertama kali pada ajang GIIAS 2017, Agustus 2017, itu telah menciptakan standar baru untuk segmen low MPV.
Impresi pertama tentu datang dari desain eksterior mobil yang harus diakui melebihi ekspektasi orang akan tampilan sebuah mobil low MPV. Unsur desain modernnya sangat dominan, jauh meninggalkan kompetitor-kompetitornya di segmen tersebut.
Apalagi dengan dimensinya yang cukup besar, panjang 4.475 mm, lebar 1.750 mm, tinggi 1.700, serta jarak sumbu roda 2.275 mm, terutama ground clearance yang mencapai 200-205 mm (tergantung tipe), membuat Expander memiliki darah SUV (sport utility vehicle) yang kental.
Belakangan, para pemerhati otomotif bahkan kerap mengomparasikan Expander dengan New Toyota Rush dan New Daihatsu Terios yang memang dilahirkan sebagai SUV.
Impresi berikutnya ialah saat memasuki kabin mobil.
Mobil yang dipakai kali ini ialah Mitsubishi Expander seri Ultimate, varian teratas yang harganya dibanderol sekitar Rp246 juta.
Kabin tergolong lega seperti seharusnya mobil MPV yang menawarkan kenyamanan buat penumpangnya.
Kritik minor mungkin perlu diberikan untuk ruangan kaki di baris ketiga yang agak sempit.
Ini mungkin untuk memberi ruang lebih besar untuk penumpang di baris kedua.
Selain lega, kabin Expander terlihat cukup mewah juga senyap.
Termasuk saat hujan, suara jatuhnya hujan bisa teredam dengan baik.
Dari sisi visibilitas pengemudi, mobil ini cukup oke dengan kaca besar yang didesain rendah.
Ada rekan jurnalis pernah bilang, pilar A yang berukuran lumayan besar agak menganggu pandangan saat berbelok kanan, tetapi, barangkali karena postur kami berbeda, saya tak terlalu merasakan.
Pandangan justru seringkali agak terganggu pada malam hari karena sorot head lamp yang sepertinya kurang terang.
Expander seri Ultimate sudah menyematkan teknologi smart key layaknya di mobil kelas menengah atas. Untuk menyalakan mobil, cukup tekan tombol start/stop sambil kaki menginjak rem.
Setelah menyala, kita langsung disuguhi sajian informasi berkendara di layar multi information display (MID) berbasis TFT full colour.
Di varian ini juga terdapat tombol pengatur audio/video dan telepon di lingkar kemudi.
Besar tetap irit
Bagaimana dengan performa pengendaraan? Mesin 4A91 1.5L MIVEC DOHC 16-Valve berkapasitas 1.499 cc memang tak menawarkan maksimum tenaga berlimpah, hanya 104 PS/6.000 rpm dengan torsi puncak 141 Nm/4.000 rpm.
Padahal, bodinya yang bongsor tentu menuntut tenaga lebih besar agar tak gampang ngeden dan membuat konsumsi bahan bakar boros.
Tapi, paling tidak ketika mobil diisi empat orang dewasa plus satu anak, kekhawatiran kurang tenaga itu tak terasa.
Mungkin sedikit lemah di putaran bawah, tapi selanjutnya tenaga kian terasa di putaran atas.
Perpindahan gigi otomatisnya juga cukup mulus meski Expander tidak menggunakan teknologi transmisi otomomatis CVT seperti Honda Mobilio.
Konsumsi BBM-nya pun tak boros seperti yang dicemaskan.
Untuk perjalanan ke luar kota, 1 liter bensin bisa untuk lebih dari 15 km.
Satu lagi yang membuat Expander unggul dari kendaraan lain di kelasnya ialah suspensinya yang boleh dibilang lembut.
Jalan rusak serta bergelombang yang beberapa kali dilewati sepanjang perjalanan mampu diredam dengan oke.
Sepertinya, begitulah standar kelas low MPV di masa mendatang pascakehadiran Mitsubishi Expander. (S-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved