Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Kesalehan Sosial

Adiyanto Wartawan Media Indonesia
19/11/2023 05:00
Kesalehan Sosial
Adiyanto Wartawan Media Indonesia(MI/Ebet)

Baru-baru ini, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) merilis hasil survei mengenai indeks kesalehan sosial (IKS). Hasilnya cukup menggembirakan, skornya mencapai 82,59. Artinya, menurut Kemenag, kesalehan sosial nasional dapat diposisikan dalam kategori 'sangat baik'. Bahkan melampaui survei tahun lalu yang nilainya 70,03. Menurut penjelasan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Suyitno, survei itu diukur melalui lima dimensi pengukuran, yakni kepedulian/solidaritas sosial, relasi antarmanusia (kebinekaan), menjaga etika dan budi pekerti, melestarikan lingkungan, serta relasi dengan negara dan pemerintah.   

Data itu, menurut Suyitno, diperoleh dari beberapa kota yang dominan pemeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Survei tersebut melibatkan 1.610 responden yang dipilih menggunakan teknik clustered random sampling pada 20 kabupaten dan kota di Indonesia. Pengumpulan hingga analisis data dilakukan pada rentang April sampai Juni 2023 oleh 20 koordinator penelitian, 80 survei, dan 3 spot checker. Ada 1.600 responden yang diwawancarai langsung atau mengisi jawaban pada kuesioner. Adapun data lainnya diperoleh melalui metode focus group discussion (FGD) di beberapa kota yang menggambarkan spirit keberagamaan tiap-tiap enam agama. 

Berdasarkan survei tersebut, menjaga etika dan budi pekerti mencatat skor tertinggi, yakni 88,02, disusul relasi dengan negara dan pemerintah (86,06), kepedulian/solidaritas sosial (80,41), melestarikan lingkungan (80,28), dan relasi antarmanusia (kebinekaan) dengan skor 78,19. Angka-angka itu tentu sangat menggembiarakan. Namun, pertanyaannya, sejauh mana indikator-indikator kesalehan itu sudah diterapkan sehingga mampu menjaga tertib sosial dalam bermasyarakat dan bernegara?

Saya tidak ingin mengomentari, apalagi menyalahkan validitas ataupun metode survei tersebut. Selain bukan pakar statistik, saya agak 'alergi' dengan survei-surveian, apalagi kalau urusannya sudah menyangkut pencalegan atau copras-capres. Sebagai masyarakat komuter yang sehari-hari beraktivitas di jalanan dan menggunakan sarana transportasi umum, saya hanya ingin memaparkan beberapa fakta betapa etika maupun sopan santun sudah semakin jauh ditinggalkan masyarakat di negeri ini, terutama di kota-kota besar. Bukankah itu juga salah satu bentuk dari keselahan sosial?

Lihat saja para pengendara motor yang menyerobot hak pejalan kaki di trotoar atau melawan arah, begitu juga sebagian anak muda yang ogah memberikan tempat duduk kepada kaum lansia atau ibu hamil. Jika tidak ditegur satpam di gerbong, mereka asyik saja dengan gawai atau pura-pura tidur. Jika Anda seorang komuter, saya yakin pasti pernah melihat pemandangan menjengkelkan seperti itu. Belum lagi mereka yang sering membuang ludah dan sampah sembarangan. Ironisnya, kelakuan minus itu juga dipertontonkan sebagian para elite. Mereka yang seharusnya menjadi teladan justru malah memberi contoh buruk dengan mengotak-atik hukum, berperilaku koruptif, menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan, dan sebagainya. Lantas, di mana moralitas dan etikanya?

Mereka yang saya paparkan di atas mungkin bukan bagian dari responden yang disurvei Kemenag, tapi suka atau tidak suka faktanya mereka ada dan hidup di negeri ini. Tentunya ini harus jadi bahan renungan kita bersama. Revolusi mental yang dulu digadang-gadang nyatanya baru sebatas slogan.

Namun, saya pribadi tetap percaya kesalehan sosial merupakan kunci untuk kelangsungan tata tertib sosial di negeri yang katanya religius ini. Nilai ajaran dari semua agama semestinya dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan kapasitas tidak hanya sebatas pengetahuan dan spiritualitas individu, tetapi juga harus memberi kontribusi terhadap perbaikan kualitas kehidupan bersama. Itu semua tentu tidak cukup hanya dikhotbahkan dari atas mimbar atau altar, tapi juga perlu kita sapa sendiri di relung hati, sebab 'religiusitas' manusia acap kali memang melampaui dogma-dogma. Selamat berakhir pekan. Wasalam.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
  • Politik Beras

    03/3/2024 05:00

    Contoh lainnya pemimpin yang gagal mengelola urusan beras ialah Yingluck Shinawatra.

  • Dunia yang tidak Baik-Baik Saja

    25/2/2024 05:00

    Biar bagaimanapun, perang butuh ongkos. Ada biaya untuk beli amunisi dan peralatan tempur.

  • Kedaulatan Pangan

    18/2/2024 05:00

    ISTRI saya mengeluhkan harga beras mahal.

  • Orkestrasi Moral

    04/2/2024 05:00

    WAKTU pemungutan suara untuk pemilihan presiden (pilpres) ataupun legislatif (pileg) tinggal menghitung hari

  • Daya Juang

    28/1/2024 05:00

    DI salah satu grup perpesanan yang saya ikuti, salah satu topik yang sedang ramai diperbincangkan ialah lolosnya timnas Indonesia

  • Kampanye Cerdas

    21/1/2024 05:00

    Bayangkan pula berapa ton kira-kira limbah yang dihasilkan dari poster ataupun spanduk tersebut di seluruh Indonesia?

  • Agama Abrahamik dan Panggilan Kebangsaan

    19/7/2025 11:16

    Di tengah dinamika kebangsaan yang kerap diwarnai ketegangan antara identitas agama dan tenun pluralitas, sebuah pertanyaan fundamental layak kita ajukan kembali.

  • Peradi SAI Siap Tindak Advokat tak Beretika

    03/7/2025 07:21

    Sistem organisasi advokat di Indonesia sudah multibar sehingga perlu mekanisme etik dan sanksi yang terkoordinasi.

  • Iphone Hilang di Pesawat, DPR: Pihak Garuda Harus Usut Tuntas

    11/6/2025 13:47

    ANGGOTA Komisi VI DPR RI, Imas Aan Ubudiyah mengaku prihatin atas insiden hilangnya ponsel Iphone milik salah satu penumpang dalam penerbangan Garuda Indonesia.

  • Etika Komunikasi Korporat di Tengah Tantangan AI

    03/6/2025 14:23

    Ada tantangan dalam membangun komunikasi korporat yang beretika di tengah perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

  • Benturan antara Pengajaran vs Pendidikan Nilai

    04/5/2025 23:02

    Maka dibutuhkan ‘revolusi budaya integritas’. Sejatinya, integritas pendidikan kita lahir dari sebuah kesadaran dan kebijaksanaan kritis dalam mendidik, membangun, dan mengorganisasi.

  • Penyalahgunaan Kekuasaan Dokter Jadi Penyebab Ramainya Kasus Kekerasan Seksual

    18/4/2025 17:26

    PENGURUS Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Indonesia Timur Tengah (PDITT) dr. Iqbal Mochtar mengatakan bahwa fenomena kekerasan seksual