Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Tantangan dan Kesempatan Kepemimpinan Generasi Muda Kristen

Evans Garey, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Prasasti Perangin-angin, Dosen Pendidikan Holistik Universitas Kristen Krida Wacana  
06/10/2023 23:55
 Tantangan dan Kesempatan Kepemimpinan Generasi Muda Kristen
Evans Garey dan Prasasti Perangin-angin(Dok pribadi)

SAAT ini merupakan kesempatan yang sangat tepat untuk membentuk kepemimpinan dalam diri generasi muda. Mengapakah demikian? Data menunjukkan bahwa di Indonesia, generasi muda merupakan kelompok yang jumlahnya besar dan potensial untuk berkembang demi kemajuan negara kita. 

Di 2040 jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif (berusia 15-64 tahun) diperkirakan 66,08%. Hal ini mengindikasikan adanya bonus demografi bagi Indonesia, yang dapat dipahami sebagai peningkatan jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia non-produktif.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, lebih dari separuh penduduk di Indonesia adalah generasi muda yang berusia di antara 15-39 tahun. Penduduk yang berusia 24-39 tahun sebesar 37,23% dan penduduk yang berusia 15-23 tahun sebesar 21,62%. Oleh karena itu, besarnya penduduk usia produktif ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak khususnya para pendidik dan orangtua.

Beberapa permasalahan mendasar, seperti pencapaian pendidikan, kehidupan pernikahan, dan penggunaan zat adiktif, masih terjadi di kalangan generasi muda saat ini. Menurut data BPS tantangan yang dihadapi oleh generasi muda (Y dan Z) di Indonesia adalah tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, tantangan lainnya adalah pernikahan di usia muda, konsumsi rokok, dan penyalahgunaan narkoba. 

Penulis menyoroti bahwa selain dari adanya permasalahan mendasar tersebut, kita juga perlu melihat adanya kesempatan yang ada pada generasi muda pada masa kini. Dalam tulisan ini, penulis ingin memberi kontribusi pemikiran mengenai kepemimpinan generasi muda, khususnya dalam diri generasi muda Kristen, sebagai bagian dari generasi muda di Indonesia. 

Bagian tidak terpisahkan

Kaum muda Kristen adalah bagian yang tak terpisahkan dari kaum muda di Indonesia. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan telah turut berjuang untuk kemerdekaan negeri ini. Sebut saja nama Johanes Leimena, yang ketika masih menjadi mahasiswa merupakan tokoh dalam organisasi pemuda, seperti Jong Ambon dan Perkumpulan Pelajar Kristen. 

Leimena kemudian menjadi Menteri Kesehatan di era kepemimpinan Presiden Soekarno dan merupakan salah seorang yang menggagas pelayanan pusat kesehatan pada masyarakat (Puskesmas).

Untuk mencermati lebih jauh mengenai tantangan sekaligus kesempatan dalam pembentukan kepemimpinan generasi muda Kristen, penulis bertanya kepada beberapa orang guru di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Pendapat dan masukan itu penting karena mereka merupakan pihak yang memegang peranan signifikan terkait dengan pembinaan generasi muda. 

Menurut Hendro, seorang guru di salah satu sekolah Kristen di Jakarta, tantangan yang paling besar adalah dari lingkungan, khususnya lingkungan daring. "Di dalam keseharian mereka akses online cukup bebas. Di sana tersaji banyak hal baik maupun buruk, dan umumnya yang buruk-buruk yang paling atas," tutur Hendro. Jadi ada keprihatinan dari pihak guru mengenai penggunaan media digital di kalangan siswa masa kini.

Lebih jauh dari sekadar pemakaian media digital, guru juga melihat permasalahan yang mendasar mengenai nilai-nilai yang dimiliki siswa. Seorang guru bernama Susi menegaskan bahwa teknologi merupakan keniscayaan, namun yang perlu disampaikan ke siswa adalah nilai-nilai yang benar. Dengan demikian, menurut pandangan guru tersebut, penanaman nilai merupakan hal yang sangat diperlukan bagi siswa.

Selesaikan tantangan

Selain adanya tantangan, guru juga melihat bahwa justru terdapat kesempatan untuk membentuk kepemimpinan di dalam generasi muda masa kini. Hendy, seorang kepala sekolah di salah satu sekolah di Jakarta menjelaskan bahwa yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah tidak menyalahkan media sosial. Menurutnya, yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan tantangan yang ada. 

Berdasarkan masukan dari para guru, penulis menyimpulkan bahwa saat ini memang ada tantangan bagi kepemimpinan siswa, yakni dari teknologi online yang digunakan oleh mereka. Namun demikian, di saat yang sama, guru-guru juga melihat adanya peluang atau kesempatan untuk membentuk kepemimpinan siswa di tengah tantangan yang ada tersebut. Dengan kata lain, tantangan perlu dilihat bukan sebagai permasalahan melainkan sebagai kesempatan. 

Tertulis di dalam Kitab Suci, 'Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.' Pernyataan ini menjadi salah satu acuan yang perlu direnungkan dalam melihat tantangan kaum muda Kristen pada generasi ini. 

Tugas kita sebagai pendidik adalah mempersiapkan jalan yang patut bagi para siswa yang dipercayakan kepada kita. Dalam pengharapan bahwa Tuhanlah yang akan terus memampukan orang muda itu untuk tetap pada jalan itu pada masa tuanya. 

Karena mereka belajar hari ini dan akan menjadi pemimpin pada masa yang akan datang. Oleh karena itulah, Ukrida terpanggil untuk membuat wadah bagi para kaum muda Kristen untuk sama-sama belajar menjadi pemimpin yang dimulai pada saat ini baik sebagai pengurus OSIS, pembina di gereja, atau kegiatan produktif lainnya.

Ukrida adalah perguruan tinggi Kristen yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani dengan fokus pada pembentukan karakter kepemimpinan di seluruh sivitas akademika, dan memiliki nilai budaya LEAD (Loving, Enlightening, Advanced, dan Determined). 

Moto yang diusung adalah LEAD to Impact yang berarti Ukrida bertekad untuk dapat berdampak baik bagi dunia dengan dilandasi oleh nilai-nilai Kristiani. Beranjak dari nilai LEAD itulah, Ukrida melakukan berbagai bentuk pengembangan kepemimpinan dan karakter mahasiswa. 

Yang tidak kalah penting ialah penyelenggaraan pendidikan holistik dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan holistik merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa mahasiswa memiliki pembentukan karakter yang utuh, baik secara emosional, spiritual, maupun academic excellence

Kelas pendidikan holistik mencakup mata kuliah wajib, logika, kepemimpinan Kristen, serta community service, yang dirancang sedemikian rupa dengan pendekatan metode project based learning

Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya menguasai teori, namun dapat mewujudkannya dalam menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Penulis menyadari bahwa kaum muda Kristen adalah sekelompok kecil dari arus generasi muda yang ada di Indonesia. 

Namun demikian, penulis meyakini bahwa bukan jumlahnya yang diperhitungkan, melainkan kontribusi apa yang dapat diberikan oleh generasi muda Kristen ini di masa depan, khususnya bagi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, penulis mendorong setiap pihak untuk bersama-sama, berperan aktif mendampingi generasi muda dalam mempersiapkan diri mereka menjadi pemimpin di masa depan. 

Semoga apa yang dikatakan oleh Presiden Soekarno menggugah kita, yaitu "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya