Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
BEBERAPA saat sebelum pertandingan timnas Argentina dan Indonesia digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, beberapa waktu lalu, saya ngobrol-ngobrol dengan sejumlah wartawan peliput olahraga di sana. Di sela-sela obrolan itu, ada seorang wartawan muda yang nyeletuk minta diajari rekannya untuk menggunakan Chat-GPT. Dia bilang ingin menulis tentang sejarah timnas Indonesia melakoni sejumlah laga internasional.
Saya tidak tahu apakah ia jadi menggunakan aplikasi artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan itu atau tidak, untuk artikelnya. Namun, di situ saya jadi merenung, betapa teknologi (dalam hal ini Chat-GPT) dapat begitu mudah membantu kerja wartawan. Kita, misalnya, bisa saja meminta mesin pintar itu menulis tentang sejarah Arsenal. Pasti dalam sekejap akan muncul narasi lengkap tentang kiprah klub asal London itu. Apakah tulisan itu akan sebagus seperti hasil karya wartawan olahraga kawakan Suryopratomo? Saat ini mungkin belum, tetapi percayalah, ke depan mesin itu terus akan semakin disempurnakan.
Saat ini, Chat-GPT tentu saja ‘bekerja’ dengan cara mencomot sejumlah artikel terkait yang tersimpan di jagat maya. Jangan tanya bagaimana teknisnya. Para ‘jagoan’ dan pangeran teknologi di Lembah Silikon itu tentu telah sedemikian rupa memikirkan dan mendesain bagaimana mengolah sejumlah big data yang sudah tersimpan dalam dunia digital. Bukan hanya dalam bentuk teks, melainkan juga gambar, audio, maupun video.
Itulah yang dipersoalkan sejumlah pihak, terutama terkait dengan hak ciptanya. Berapa seniman alih suara di Hollywood, bahkan khawatir kecerdasan buatan dapat ‘mencuri’ suara mereka. Mereka pun cemas profesi mereka kelak akan tergantikan mesin cerdas tersebut. Kekhawatiran mereka wajar, apalagi sejauh ini belum ada regulasi yang mengatur kecerdasan buatan yang kini dapat menghasilkan atau ‘mengkloning’ suara manusia.
Itulah salah satu musababnya mengapa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) perlu menggelar konferensi tingkat tinggi mengenai kecerdasan buatan itu, di Jenewa, pada 6-7 Juli. Mereka juga menyerukan perlunya cetak biru untuk mengatur tata kelola AI, seiring dengan perkembangan teknologi itu yang dikhawatirkan dapat mengancam eksistensi manusia.
Kehadiran teknologi kecerdasan buatan sepertinya memang mustahil dicegah. Dalam beberapa tahun ke depan, software yang semakin pintar itu akan menemani kehidupan sehari-hari kita, anak-anak kita, dan mungkin juga cucu dan cicit kita. Kita tidak tahu apakah kisah paling dahsyat dalam peradaban manusia di abad ini akan berakhir indah atau sebaliknya.
Namun, sebelum ia berubah menjadi monster ganas dan menakutkan, memang ada baiknya manusia mempersiapkan diri, baik dengan seperangkat aturan, etik, intelektualitas, maupun moralitas penggunanya. Apa jadinya, misalnya, jika aplikasi itu digunakan seorang caleg untuk menulis naskah pidato kampanyenya, tanpa ia sendiri mengerti dan paham persoalan apa yang disampaikannya. Apakah peran orang-orang semacam itu (termasuk si wartawan muda yang saya sebut tadi) tidak sebaiknya digantikan saja oleh robot, yang mungkin justru lebih rajin dan pintar?
Teknologi kecerdasan buatan lahir di tengah lautan data. Ia melesat cepat laksana ombak. Jika tak pandai-pandai menungganginya, siapa pun akan dilibasnya. Termasuk manusia sebagai pengguna sekaligus penciptanya. Waspadalah.
Contoh lainnya pemimpin yang gagal mengelola urusan beras ialah Yingluck Shinawatra.
Biar bagaimanapun, perang butuh ongkos. Ada biaya untuk beli amunisi dan peralatan tempur.
WAKTU pemungutan suara untuk pemilihan presiden (pilpres) ataupun legislatif (pileg) tinggal menghitung hari
DI salah satu grup perpesanan yang saya ikuti, salah satu topik yang sedang ramai diperbincangkan ialah lolosnya timnas Indonesia
Bayangkan pula berapa ton kira-kira limbah yang dihasilkan dari poster ataupun spanduk tersebut di seluruh Indonesia?
Peneliti melatih dan menguji AI pada lebih dari 3.600 pemindaian, termasuk gambar dari pasien dengan demensia dan orang tanpa gangguan kognitif.
Universitas Johns Hopkins mengembangkan model AI yang mampu memprediksi risiko kematian jantung mendadak lebih akurat.
Startup teknologi lingkungan GreenTeams mengumumkan keberhasilan mereka menutup putaran pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Oriza Greenwillow Technology Fund
Fitur-fitur AI dalam kelas pintar memungkinkan dosen memantau partisipasi dan respons mahasiswa secara real-time, termasuk identifikasi mahasiswa yang tidak aktif.
Prioritas utama dalam kemajuan AI tetap konsisten, yakni membangun infrastruktur yang efisien, mengoptimalkan algoritma, dan memastikan penerapan yang praktis.
SEPERTI kolaborasi Intel dan Microsoft yang melahirkan PC, di era Generative AI (GenAI), teknologi Large Language Model (LLM) membutuhkan sistem operasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved