Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SENSUS pertanian sedang dilakukan di Indonesia dimulai awal Juni 2023 hingga akhir Juli 2023. Sensus ini akhirnya dilakukan kembali setelah terakhir diselenggarakan 10 silam.
Sensus pertanian merupakan rangkaian kegiatan pengumpulan informasi rinci tentang aspek pertanian di suatu negara, termasuk informasi tentang luas lahan subur, tanaman yang ditanam, metode pertanian yang digunakan, jumlah ternak yang dipelihara, informasi terkait petani serta kondisi sosial ekonomi yang dimiliki. Informasi yang dikumpulkan melalui sensus ini memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan kebijakan pertanian yang efektif.
"Pada Juni-Juli 2023 memasuki kegiatan pendataan lapangan, yaitu kegiatan listing atau pendaftaran dan pencacahan lengkap kepada seluruh pelaku usaha pertanian, yang meliputi subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Terlebih Direktur Neraca Produksi Badan Pusat Statistik Puji Agus Kurniawan menambahkan, "Sensus pertanian ini merupakan implementasi dari amanat yang tertuang dalam UU Statistik Nomor 16."
Tantangan global dan nasional
Salah satu alasan pentingnya sensus pertanian adalah untuk memberikan pemahaman mendalam tentang keadaan industri pertanian. Memahami isu pertanian bukan hanya sebatas melihat sisi kegiatan pertanian saja, tetapi juga ada faktor lain yang tak bisa diabaikan.
Isu global mencakup masalah ketahanan pangan, kualitas dan keamanan pangan, serta keberlanjutan (FAO, 2022). Ketidakpastian pangan/food insecurity di dunia semakin menurun sejak 2021, menjauhi target SDGs 2.1 dan 2.2, serta progres menuju global nutrition 2030 kurang begitu baik. Hal itu berimbas terhadap masalah kesehatan lainnya, seperti stunting, anemia pada wanita, dan malnutrisi. Selain itu, ancaman krisis pangan semakin mencuat, karena prediksi akan munculnya ledakan jumlah manusia di masa mendatang. Diperkirakan pada 2050 populasi dunia akan mencapai 9 miliar jiwa.
Masalah global tersebut harus dapat direfleksikan dan dijawab Pemerintah Indonesia. Tentunya isu yang dihadapi tidak lepas dari berbagai tantangan. Kelembagaan petani, penguatan SDM, penguatan produksi, dan kesejahteraan petani merupakan aspek–aspek yang masih memiliki tantangan mendalam sehingga perlu perbaikan secara berkelanjutan.
Namun demikian, Indonesia tentunya memiliki potensi pertanian nasional yang dapat dimanfaatkan. Jumlah penduduk Indonesia yang produktif mencapai 70,72% sehingga terdapat potensi banyak petani muda melek teknologi yang muncul. Selain itu, Indonesia dengan seluruh kekayaan alamnya memiliki potensi lahan pertanian yang sangat besar. Luas daratan Indonesia mencapai 1,9 juta km2. Kekayaan biodiversitas Indonesia juga terbesar di dunia, yang menjadikan potensi pertanian Indonesia masih sangat masif dan mampu dimanfaatkan.
Manfaat sensus pertanian
Data pelaku usaha, struktur demografi petani (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lain–lain), luas lahan pertanian, serta potensi pertanian menurut wilayah (geospasial statistik), membuat sensus pertanian mampu memberikan gambaran komprehensif kondisi pertanian di Indonesia.
Hal itu dapat membantu mengatasi masalah dari distribusi tanaman yang kurang merata, jenis tanaman yang paling efektif ditanam pada lahan terkait, mengatasi masalah ketahanan pangan, hingga menjadi momentum kedaulatan pangan Indonesia dan menekan impor bahan pangan.
Hasil perhitungan juga memberikan dasar yang kokoh bagi perencanaan jangka panjang di sektor pertanian. Dengan bantuan informasi ini, pakar pertanian dan pemerintah dapat meningkatkan kualitas desain kebijakan, seperti landasan penyaluran pupuk bersubsidi, penyediaan basis data UMKM sektor pertanian, dan sebagai rujukan perencanaan kebijakan nasional sektor pertanian dalam RPJMN 2025-2029.
Nantinya, sensus pertanian akan dikumpulkan dalam satu basis data pertanian Indonesia, yang akan dimanfaatkan dengan prinsip berbagai pakai oleh kementerian, lembaga, dan OPD terkait dengan interoperabilitas data sesuai hak akses. Data juga dimanfaatkan oleh BPS sebagai statistik dasar pertanian, benchmark statistik pertanian yang sudah ada, kerangka sampel untuk survei, serta pemutakhiran dan validasi dari kegiatan sensus dan survey lainnya.
"Sektor pertanian memegang peran yang sangat strategis ke depan. Ini juga akan menyediakan lapangan kerja, 40 juta orang hidup di sektor ini, 29 persen dari total angkatan kerja. Banyak sekali," ujar Presiden Joko Widodo dalam Pencanangan Pelaksanaan Sensus Pertanian Tahun 2023 di Istana Negara, Senin (15/05/2023).
Sensus Pertanian 2023 (ST2023) dimulai sejak 1 Juni 2023 hingga 31 Juli 2023 untuk memberikan gambaran terkait kondisi sektor pertanian Indonesia terkini secara komprehensif.
Presiden juga menyinggung masalah krisis pangan yang sedang melanda dunia saat ini.
Sensus Pertanian 2023 (ST2023) dimulai sejak 1 Juni 2023 hingga 31 Juli 2023 untuk mencatat pertanian Indonesia demi mencapai kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
BADAN Pusat Statistik (BPS) akan melaksanakan Sensus Pertanian 2023 mulai 1 Juni hingga 31 Juli 2023 untuk mendapatkan gambaran menyeluruh kondisi pertanian nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved