Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Industri Semen Global dan Kondisi Industri Persemenan di Indonesia

Henmaidi PhD, Dosen Teknik dan Manajemen Industri Universitas Andalas
10/4/2023 13:37
Industri Semen Global dan Kondisi Industri Persemenan di Indonesia
Henmaidi PhD(DOK.PRI)

INDUSTRI semen merupakan industri yang sudah mature, dimana teknologinya tidak lagi banyak berkembang. Bentuk inovasi yang dapat dilakukan dalam sektor produksi adalah peningkatan efisiensi penggunaan energi dan bahan bakar serta otomatisasi dalam rangka pengurangan kebutuhan tenaga kerja. Dengan kata lain proses produksinya sudah baku dimulai dari pengolahan bahan baku seperti batu kapur, proses pencampuran dan penghalusan, lalu proses pembakaran pada kiln dilanjutkan dengan penambahan material ketiga atau keempat dan penggilingan semen.

Persaingan dalam industri ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola biaya, terutama biaya distribusi dan transportasi. Sifat material yang bulky menghendaki mode transportasi skala besar, meski begitu tetap saja berbiaya tinggi. Karena itu yang mampu bersaing adalah yang memiliki pabrik yang dekat dengan lokasi pasar. Produk yang diproduksi disuatu negara kemudian dieksport akan sulit bersaing dengan produk lokal di negera tujuan, kecuali dengan politik dumping.

Persaingan Industri Semen Global

Industri semen global pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu produsen semen multinasional dan produsen semen lokal/regional. Persaingan di antara produsen semen ini semakin ketat dalam 10 tahun terakhir, termasuk di kawasan Asia dan Asia Tenggara. Menurut laporan dari Global Cement, pada tahun 2019, produsen semen multinasional seperti Lafarge-Holcim, Heidelberg Cement, dan Cemex mengalami penurunan penjualan semen secara global. 

Lafarge Holcim misalnya mengalami penurunan penjualan sekitar 2,7% pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara Heidelberg Cement mengalami penurunan penjualan sekitar 1,5%. Namun, beberapa produsen semen lokal/regional seperti Semen Indonesia dan Siam Cement justru mengalami peningkatan penjualan semen. Semen Indonesia mengalami peningkatan penjualan sekitar 1,7% pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara Siam Cement mengalami peningkatan penjualan sekitar 3%.

Kondisi Oversupply Industri Semen Tiongkok

Industri semen Tiongkok mengalami kondisi oversupply dalam beberapa tahun terakhir karena kapasitas produksi melebihi permintaan pasar domestik. Data National Bureau of Statistics of China (2022) menunjukkan bahwa kapasitas produksi semen mencapai 3,3 miliar ton pada tahun 2021, sedangkan konsumsi semen hanya sebesar 2,3 miliar ton. Hal ini mengakibatkan surplus kapasitas produksi sebesar 1 milyar juta ton atau utilitas pabrik hanya sekitar 70% dari total kapasitas produksi. Situasi ini mengakibatkan penurunan harga dan margin keuntungan perusahaan.

Untuk menghadapi kondisi oversupply ini, perusahaan semen Tiongkok mengadopsi beberapa strategi seperti restrukturisasi industri, diversifikasi bisnis, dan ekspansi ke pasar luar negeri. Pemerintah China mendorong restrukturisasi industri semen melalui pengurangan kapasitas produksi dan penggabungan perusahaan. Pada tahun 2017, pemerintah Tiongkok menetapkan target pengurangan kapasitas produksi semen sebesar 150 juta ton dalam waktu tiga tahun. Target ini berhasil dicapai pada tahun 2019, dengan total pengurangan kapasitas produksi sebesar 218 juta ton.

Perusahaan semen Tiongkok juga mengembangkan bisnisnya di luar negeri untuk mengurangi ketergantungan pada pasar domestik. Anhui Conch dan China National Building Material (CNBM) menjadi dua perusahaan semen Tiongkok terbesar yang telah memperluas bisnis ke luar negeri. Pada tahun 2019, Anhui Conch memiliki proyek-proyek di lebih dari 10 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Strategi terakhir ini memiliki dampak langsung pada peta persaingan industri semen di Indonesia.

Masuknya Produsen Semen Asing ke Indonesia

Industri semen di Indonesia pernah menikmati manisnya bisnis semen dalam tahun 2000 hingga 2012. Hal itu terlihat dari tingginya EBITDA margin yang diperoleh. Bahkan ada perusahaan yang mampu memperoleh EBITDA margin hingga 40%. Sangat jarang bisnis besar bidang lain mampu mencapai angka ini. Ini terjadi ketika kapasitas produksi seimbang dengan permintaan. Potensi keuntungan ini sangat atratif mengundang masuknya pemain semen global. Apa lagi sejak sekitar tahun 2007 permintaan domestik semen di Tiongkok sebagai produsen semen terbesar dunia mulai melandai, dan terjadi oversupply yang luar biasa. Indonesia menjadi salah satu tujuan perluasan perusahaan semen Asing, termasuk china.

Para pemain semen dunia masuk ke pasar Indonesia melalui berbagai cara. Pada awal tahun 2000-an, Indonesia mulai membuka diri terhadap investasi asing di sektor industri, termasuk sektor semen. Beberapa perusahaan semen asing kemudian memasuki pasar Indonesia untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan pasar semen yang besar di negara ini.
Salah satu perusahaan semen asing pertama yang memasuki pasar Indonesia adalah Holcim (belakangan dikenal sebagai LafargeHolcim), perusahaan semen asal Swiss. Pada tahun 2001, Holcim mengakuisisi sebagian besar saham PT Semen Cibinong Tbk, salah satu produsen semen terbesar di Indonesia pada saat itu. Pada tahun yang sama, HeidelbergCement Group mengakuisisi saham Indocemen tunggal Perkasa dengan kepemilikan 61,7% sahamnya.

Perusahaan-perusahaan asal Tiongkok juga agresif memasuki pasar Indonesia, seperti Conch Cement, Jui Shin, Panasia, Haohan Cement, Cement Hippo atau Sun Fook Cement, hingga Hongshi Holding Group. Anhui Conch Cement Company Limited yang merupakan salah satu perusahan semen terbesar di Tiongkok malah punya target kapasitas produksi hingga 25 juta ton. Strategi banting harga dilakukan perusahaan ini untuk mampu mendapatkan pangsa pasar signifikan di Indonesia sehingga dapat memuluskan jalan untuk dapat bermain dalam pasar semen Indonesia. Masuknya perusahaan semen asing ini sangat berdampak terhadap Industri Semen di Indonesia. 

Dalam 10 tahun terakhir persaingan menjadi cukup ketat. Perusahaan semen global telah menunjukkan keinginan untuk memperluas pasar mereka di Indonesia. Akibatnya pada tahun-tahun terakhir ini, industri semen di Indonesia mengalami kondisi oversupply atau kelebihan pasokan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi semen dari para produsen lokal dan global tersebut. Pada tahun 2022, kapasitas produksi semen di Indonesia mencapai lebih dari 110 juta ton per tahun, sementara konsumsi semen hanya mencapai 70 juta ton per tahun. 

Beberapa perusahaan semen lokal seperti Semen Indonesia dan Indocement telah mengambil tindakan untuk mengurangi produksi dan mengekspor ke negara-negara lain untuk mengatasi kelebihan pasokan di pasar domestik. Namun hal ini juga tidak mengingat pasar global juga mengalami kondisi over supply. Pasar internasional juga menjadi sasaran pabrikan asal Tiongkok yang kondisi over supplynya sangat besar.

Bagaimana Strategi yang Perlu Dipertimbangkan Perusahaan Semen di Indonesia?

Dengan kondisi oversupply saat ini, utilitas pabrik hanya berkisar sekiutar 60% hingga 65%. Hal ini berdampak serius untuk jangka panjang. Untuk menghadapi kondisi oversupply semen di Indonesia, beberapa strategi yang perlu diterapkan antara lain:

1. Diversifikasi produk dan pasar. Industri semen Indonesia perlu mencari peluang pasar baru dan mengembangkan produk-produk baru untuk memperkuat daya saingnya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan diversifikasi produk, seperti memproduksi jenis semen khusus untuk kebutuhan infrastruktur atau sektor industri tertentu. Selain itu, industri semen Indonesia juga perlu memperluas pasar ekspor dengan mengembangkan pasar baru di luar negeri, namun sekali lagi langkah ini cukup berat. 

2. Optimalisasi biaya produksi dan distribusi. Industri semen Indonesia perlu melakukan penghematan biaya produksi dengan cara meningkatkan efisiensi produksi dan pengurangan biaya operasional serta biaya distribusi. Misalnya, dengan meningkatkan penggunaan teknologi yang lebih efisien atau dengan memperoleh bahan baku dari sumber daya alam yang lebih murah dan mudah diakses dan dekat dengan pasar utama.

3. Konsolidasi industri. Konsolidasi industri dengan menggabungkan perusahaan semen kecil atau yang kurang efisien dengan perusahaan semen besar dan efisien dapat membantu mengurangi persaingan dan meningkatkan efisiensi dalam industri semen Indonesia. Langkah penggabungan beberapa perusahaan BUMN merupakan langkah strategis yang tepat sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya operasional.

4. Fokus dan kolaborasi pada pembangunan infrastruktur. Industri semen Indonesia dapat memperkuat pasar domestik dengan fokus pada pembangunan infrastruktur, yang terus berkembang di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana besar-besaran untuk pembangunan infrastruktur di seluruh negeri, yang dapat menjadi peluang bagi industri semen untuk meningkatkan permintaan dalam jangka panjang.

Dalam kondisi oversupply semen, pilihan strategi yang tepat harus dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dan daya saing industri semen Indonesia. Namun, strategi yang tepat dapat bervariasi tergantung pada kondisi pasar dan situasi yang sedang terjadi di industri semen. (S-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya