Sabtu 01 April 2023, 23:05 WIB

Lambe Turah Piala Dunia U-20

Gantyo Koespradono, mantan jurnalis, pemerhati sosial dan politik | Opini
Lambe Turah Piala Dunia U-20

Dok pribadi
Gantyo Koespradono

 

PUPUS sudah mimpi Indonesia untuk menjadi tuan rumah laga sepak bola Piala Dunia U-20. Buyar sudah mimpi anak-anak timnas U-20 untuk memperlihatkan kebolehannya bersepakbola di event bergengsi tersebut.

Sampai sedemikian jauh, saya sebagai rakyat (orang) biasa, masih belum paham apa yang menjadi biang kerok Indonesia gagal menjadi tuan rumah setelah Federation Internationale de Football Association (FIFA) mengeluarkan surat yang membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah hajatan akbar tersebut.
    
Berbagai pemberitaan yang dilansir media massa– apalagi yang tersebar di media sosial, termasuk grup-grup What’sApp, terus terang tetap membuat saya tidak mudeng, bahkan bingung, berita mana yang benar? Kalau berita itu bersumber dari pejabat atau tokoh sepak bola, siapa yang paling bisa dipercaya?

Atau jangan-jangan di negeri ini sudah tidak ada lagi yang namanya 'kebenaran'. Atau jangan-jangan di negeri ini sudah tidak ada lagi pejabat yang bisa dipercaya?

Pada mulanya, banyak orang yang menyesalkan pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster yang menolak timnas Israel ikut dalam Piala Dunia U-20. Alasannya (waktu itu)- enggak tahu mereka serius atau basa-basi- Indonesia tak sudi kedatangan timnas Israel karena di samping kita tidak punya hubungan diplomatik, juga dalam rangka membela Palestina yang masih dianggap jajahan Israel.

Terus terang saya tidak tahu, 'berdosakah' Koster dan Ganjar sehingga banyak tudingan dialamatkan kepada mereka, terutama Ganjar. Bagi para penggemar sepak bola kedua orang inilah yang membuat FIFA mengeluarkan keputusan yang sangat menyakitkan rakyat Indonesia.

Terus terang saya sendiri menganggap aneh jika gara-gara lambe turah Ganjar, FIFA langsung bergerak cepat 'menghukum' Indonesia, "Sorry ya kalian tidak pantas menjadi tuan rumah yang ramah buat hajatan Piala Dunia U-20 2023."

Mengapa? Ganjar dan Koster 'hanya' seorang gubernur. Bukan Menteri Luar Negeri RI, apalagi Presiden. Dia hanya bakal calon presiden lembaga-lembaga survei. Itu karena kebetulan tingkat elektabilitasnya paling tinggi dibandingkan nama-nama lain yang belakangan sering disebut.

Karena berstatus 'bakal calon presiden', tak ada yang bisa menjamin siapa yang bisa menanggalkan kata 'bakal' di depan kata 'calon presiden'. Gara-gara lambe turahnya soal tolakan tim Israel ke Piala Dunia U-22, Ganjar bisa jadi ke depan cuma bakal menyandang sebagai 'presiden' media sosial Indonesia, lebih spesifik 'presiden Instagram Indonesia'.

Lindungi Jokowi

Oleh sebab itu saya bisa pahami, jika para pendukung Ganjar panik akut. Bahkan membuat opini lebay di media sosial bahwa lambe turah Ganjar dalam kasus penolakan timnas U-20 Israel ke Piala Dunia U-20, memang disengaja untuk melindungi Presiden Jokowi.
 
Melindungi Jokowi? Sebagai orang biasa, lagi-lagi saya semakin bingung. Sebab menurut pendukung Ganjar, jika kepesertaan U-20 Israel tidak ditolak, bakal ada kerusuhan massal dan membuat negara chaos yang ujung-ujungnya akan membuat pemerintahan Jokowi jatuh.

Belakangan masih dari pendukung Ganjar, ada pula yang menyebut bahwa penolakan timnas Israel ke Indonesia hanyalah drama sepak bola. Sebab faktanya Indonesia belum siap menyelenggarakan event bergengsi tersebut. Dalihnya, FIFA jauh-jauh hari sudah meminta Indonesia agar mengundurkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Konkretnya, Presiden Joko Widodo yang menugaskan Ketua Umum PSSI Erick Thohir agar melobi FIFA yang sudah terlanjur mengeluarkan keputusan mencabut mandat Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 dianulir, hanya basa-basi.

Belakangan bahkan ada kabar- lagi-lagi membuat masyarakat semakin bingung- bahwa intelijen kita (mengutip intelijen Israel) sudah mencium akan ada aksi bom Bali jika tim Israel jadi datang dan berlaga main sepakbola di Bali dalam Piala Dunia U-20.

Apa iya sih? Jika pun benar, masa sih BIN, BNPT, Kepolisian lewat Densus-88, dan TNI tidak melakukan apa-apa dan langsung mengibarkan bendera putih kepada calon pelaku terorisme? Cemen amat!

Di luar dalih ngeri-ngeri sedap di atas, fakta berikut sepertinya tidak bisa dimungkiri bahwa kita punya 'turunan' konstitusi terkait dengan hubungan kita dengan Israel, yaitu Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) Nomor 3 tahun 2019 tentang Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah (Pemda).

Dalam Bab X Hal Khusus poin B nomor 150, terdapat beberapa larangan bagi pemda terkait dengan Israel. Aturan tersebut ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Persisnya Permenlu Nomor 3/2019 itu menegaskan bahwa pertama, tidak punya hubungan secara resmi antara Pemerintah Indonesia dalam setiap tingkatan dengan Israel, termasuk dalam surat-menyurat dengan menggunakan kop resmi.

Kedua, tidak menerima delegasi Israel secara resmi dan di tempat resmi. Ketiga tidak diizinkan pengibaran/penggunaan bendera, lambang, dan atribut lainnya serta pengumandangan lagu kebangsaan Israel di wilayah Republik Indonesia.

Keempat, kunjungan warga Israel ke Indonesia hanya dapat dilakukan dengan menggunakan paspor biasa. Kelima, otorisasi pemberian visa kepada warga Israel dilaksanakan oleh Kementerian Hukum dan HAM cq Direktorat Jenderal Imigrasi. Visa diberikan dalam bentuk afidavit melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura atau Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok.

Sebagai rakyat biasa, sepengetahuan saya, maaf kalau saya keliru karena kebodohan saya, Israel tidak pernah memusuhi Indonesia. Tapi demi Palestina, Indonesialah yang terus 'memusuhi' Israel. Seingat saya, ketika Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi presiden, ia pernah berwacana agar Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Gus Dur kontan mendapat cemoohan dan umpatan kebencian dari mereka yang merasa dirinya paling peduli dan berjasa buat bangsa Palestina. Agama pun dibawa-bawa. Diakui atau tidak, Permenlu Nomor 3/2019 di atas merupakan wujud pelestarian Indonesia untuk terus bermusuhan dengan Israel. Mungkin sampai kiamat tiba.

Haruskah sebagai bangsa yang cinta damai, kita terus mengabadikan kebencian kita kepada Israel? Sungguh suatu ironi (maaf) jika kebencian itu semakin diperkuat dengan alasan agama. Semoga tidak.

Menurut saya, gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 sebaiknya dijadikan momentum bagi bangsa ini untuk introspeksi sesungguhnya siapa kita? Masa sih pengalaman buruk dan memalukan dalam kasus batalnya kita menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 akan kita lestarikan sepanjang masa?

Bagaimana jika dalam waktu dekat tim bulutangkis Israel punya prestasi hebat ikut kejuaraan bulutangkis internasional, dan harus bertanding dengan tuan rumah Indonesia, masa sih lambe turah kita berteriak: 'Tolak!'

Baca Juga

Dok. MI

Makna Kemenangan Erdogan

👤Smith Alhadar Penasihat Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) 🕔Jumat 02 Juni 2023, 05:05 WIB
SEBELUM pemilihan presiden dan pemilihan legislatif di Turki pada 14...
MI/Seno

Hari tanpa Tembakau Sedunia 2023

👤Tjandra Yoga Aditama Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Kepala Balitbangkes 🕔Jumat 02 Juni 2023, 05:00 WIB
PADA 31 Mei lalu, dunia memperingati World No Tobacco Day – WNTD, Hari tanpa Tembakau Sedunia –...
Dok pribadi

Pemimpin Daerah Dalam Pusaran Perubahan 

👤Fransiscus Go, Penulis dan pemerhati ketenagakerjaan 🕔Kamis 01 Juni 2023, 21:15 WIB
PEMIMPIN daerah berperan krusial di zaman yang terus berubah...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya