Teknologi Kesehatan Terintegrasi Jadi Solusi Indikasi Awal Penyakit Degeneratif

Hendra Tjong, CEO KlikDokter 
08/10/2022 18:00
Teknologi Kesehatan Terintegrasi Jadi Solusi Indikasi Awal Penyakit Degeneratif
Hendra Tjong(Dok pribadi)

TEKNOLOGI kesehatan (health-tech) dewasa ini menjadi salah satu solusi bagi masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan. Perubahan perilaku konsumen, dalam hal ini pasien atau calon pasien, ditambah dengan meningkatnya penetrasi internet di Indonesia mendorong industri kesehatan untuk berinovasi dan menjalin kerja sama dengan perusahaan rintisan digital. 

Meski begitu, masih ada permasalahan yang muncul dari sebuah teknologi platform health-tech. Dari sisi pengguna adalah akses terbatas, sedangkan dari penyedia layanan medis adalah manajemen proses permintaan pengguna yang tidak bisa diandalkan secara teknis. Belum lagi, dari sudut pandang produsen obat (principal), masalah-masalah seperti cakupan produk, kesediaan obat-obatan, informasi yang tidak tepat dengan konsumen merupakan hal-hal yang paling sering ditemukan dalam industri teknologi kesehatan. 

Padahal banyak sekali kebutuhan masyarakat untuk segera mengakses layanan kesehatan khususnya dalam mengantisipasi penyakit-penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular seperti kardiovaskular, diabetes melitus dan lainnya. Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyebab utama kematian bagi pria, wanita, dan orang-orang dari sebagian besar kelompok ras dan etnis di dunia. Kondisi serius ini merenggut sekitar 17,9 juta jiwa di seluruh dunia setiap tahun. Di Indonesia, prevalensi penyakit kardiovaskular adalah 1,5%, berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar 2018.

Sementara itu, kasus diabetes melitus (DM) juga cukup tinggi di kalangan penduduk, dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2018, prevalensi DM melonjak menjadi 8,5% dari 6,9% pada 2013. Kebiasaan gaya hidup tidak sehat menjadi faktor utama terpapar penyakit degeneratif. Tekanan darah tinggi, kolesterol, dan merokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung. 

Beberapa kondisi medis dan pilihan gaya hidup lainnya juga dapat menempatkan orang pada risiko penyakit jantung yang lebih tinggi, termasuk diabetes, kelebihan berat badan, pola makan yang tidak sehat, dan penggunaan alkohol yang berlebihan. Menurut penelitian, orang yang melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur umumnya memiliki nilai faktor risiko CVD yang lebih rendah dibandingkan yang sering melakukan pemeriksaan. Mereka juga lebih mungkin menerima intervensi faktor risiko. Nilai faktor risiko mereka juga turun setelah pemeriksaan kesehatan pada BMI, tekanan darah, dan merokok 

Teknologi dalam industri kesehatan

Saat ini, perkembangan health-tech yang pesat memungkinkan seseorang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara sederhana dan mandiri. Gawai mereka dapat melakukan banyak hal dalam hal pemeriksaan kesehatan saat ini. Tidak perlu lagi harus rutin ke rumah sakit hanya untuk melakukan tes kesehatan karena saat ini teknologi telah menjadikan sejauh genggaman tangan.

Namun tentunya teknologi tidak selamanya membantu, terutama bagi platform yang belum bisa memberikan layanan utuh. Layanan utuh atau one stop service merupakan kebutuhan mendasar yang diharapkan oleh pengguna dalam mengakses teknologi. Jika sebuah platform hanya bisa melakukan proses pemesanan untuk jadwal dokter, itu bukanlah health-tech melainkan omni-channel yang memindahkan proses registrasi dari luring atau telepon menjadi daring.

Tingginya tuntutan masyarakat dewasa ini mendorong perusahaan penyedia layakan teknologi kesehatan untuk terus berbenah dan berinovasi. Umpan balik pengguna yang kecewa terhadap sebuah aplikasi atau platform dengan sangat mudah ditemukan di google rating. Belum lagi jika disebarluaskan oleh media sosial oleh warganet yang merasa dirugikan dari sisi waktu dan tenaga.

Umumnya mereka yang kecewa terhadap suatu platform disebabkan karena proses pendaftarannya yang tidak efisien, dokter yang tidak selalu tersedia untuk berkonsultasi, user-interface yang tidak ramah pengguna, serta seringnya terjadi kendala teknis. Banyak platform health-tech yang belum siap secara infrastruktur karena tidak didukung oleh ekosistem yang ada.

Teknologi kesehatan sejatinya adalah solusi untuk mencari jalan keluar dari masalah pasien (pain points) yang kerap dialami, seperti sulitnya konsultasi jarak jauh dengan dokter spesialis, melakukan pendeteksian resiko kanker, CVD, diabetes, dan obesitas yang tidak bisa divalidasi oleh para ahli, akses yang hanya bisa dari gawai seluler tertentu, tidak bisa melakukan diagnosa awal dari sebuah gejala, hingga sulit melakukan pemesanan secara daring. Termasuk juga proses registrasi dan pembayaran yang rumit dan berbelit. 

Sebuah platform yang memiliki kualifikasi untuk menjadi solusi bagi masyarakat, khususnya di Indonesia adalah yang memudahkan proses telemedicine dengan dokter spesialis, menyediakan validasi dari sebuah gejala oleh para ahli, dapat diakses oleh seluler apapun, serta mudah melakukan registrasi dan pembeliaan obat. 

Terpenting dari itu semua, apakah platform teknologi kesehatan tersebut terhubung dengan ekosistem yang sudah terbentuk atau justru berdiri terpisah. Kalau pun terhubung, apakah ekosistem itu dari hulu ke hilir atau hanya hilirnya saja. Tentu ini sangat mempengaruhi bagi pengguna karena bisa berdampak pada kecepatan, pelayanan dan juga kepercayaan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya