Sekolah Penggerak Kunci Bonus Demografi 

Dwi Jatmiko, Wakil Kepala Sekolah Penggerak Bidang Humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Surakarta
16/9/2022 21:10
Sekolah Penggerak Kunci Bonus Demografi 
Dwi Jatmiko(Dok pribadi)

PADA era pandemi covid-19 ternyata menyisakan berbagai problematika dalam dunia pendidikan. Berbagai stakeholder yang berkecimbpung dalam bidang pendidikan berupaya menemukan solusi yang tepat untuk menanganinya.

Telah banyak diketahui bahwa kurikulum merupakan 'nyawa' dalam pendidikan. Kurikulum hendaknya perlu dievaluasi secara dinamis dan berkala mengikuti perkembangan zaman terutama iptek. Kurikulum juga disusun dengan memperhatikan kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat dan lulusan. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan salah satu kebijakan baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI) yang digawangi Menteri Nadiem Makarim, ditujukan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang inovatif dan mengikuti kebutuhan siswa (student-centered).

Era Society 5.0 berlangsung pada Abad 21 yang mana merupakan kejayaan dunia digital. Model pembelajaran abad ke-21 juga menuntut siswa untuk mencapai keterampilan 4C yaitu critical thinking, communication, colaboration, and creativity. Saat ini  terdapat lima kelompok tantangan dunia pendidikan yang perlu dihadapi; ekosistem pendidikan, guru, pembelajaran/pedagogi, kurikulum, dan sistem penilaian. 

Ekosistem pendidikan menjadikan sekolah sebagai tugas, pimpinan sebagai pengatur, manajemen sekolah terlalu administratif, hingga masih ada PAUD yang belum melibatkan orang tua. Guru sebagai tenaga pendidik hanya berperan sebagai pelaksana kurikulum, sebagai sumber pengetahuan satu-satunya serta pelatihan yang dilakukan berdasarkan teori. 

Dalam proses pembelajaran, siswa hanya berperan sebagai penerima pengetahuan, fokus kepada kegiatan tatap muka, pendekatan bermain versus calistung serta pengajaran berdasarkan pembagian umur. Sementara kurikulum dan sistem penilaian perkembangan linear, berdasarkan konten, fokus pada kegiatan akademik, sedangkan penilaian bersifat sumatif menghukum.

Tantangan di atas telah memantik berbagai program dan kebijakan di tingkat nasional. Upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut dengan membentuk sekolah-sekolah berkualitas di berbagai daerah, antara lain RSBI, sekolah rujukan, dan sekolah model. Harapannya melalui tumbuhnya sekolah-sekolah berkualitas, maka akan menjadi contoh bagi sekolah lain di sekitarnya.

Berbagai kebijakan peningkatan mutu pendidikan di atas telah mampu mendorong dan terselenggaranya layanan pendidikan yang berkualitas. Tetapi hal tersebut belum mampu memberikan dampak lebih luas dan merata ke lebih banyak sekolah dan daerah. Itu karena belum didukung oleh regulasi, kebijakan, dan penganggaran yang berkelanjutan, serta kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah. 

Sementara tantangan dunia pendidikan di masa depan adalah terbentuknya ekosistem pendidikan yang menjadikan sekolah sebagai kegiatan yang menyenangkan. Kemudian pimpinan memberikan pelayanan, manajemen sekolah yang kolaboratif dan kompeten, keselarasan pendidikan di rumah dan keluarga. Guru sebagai pemilik dan pembuat kurikulum, fasilitator dari berbagai sumber pengetahuan, pelatihan guru bersifat praktik. 

Proses pembelajaran berorientasi kepada siswa dengan memanfaatkan teknologi informasi, menggunakan pendekatan bermain adalah belajar, bermakna dan sesuai konteks, pengajaran berdasarkan level kemampuan siswa. Berkaitan dengan kurikulum dan penilaian ke depan perkembangan fleksibel, kurikulum berdasarkan kompetensi, fokus kepada soft skill dan pengembangan karakter sedangkan penilaian bersifat formatif mendukung.

Sebagai upaya menjawab tantangan dunia pendidikan ke depan, melanjutkan dan mengembangkan kebijakan peningkatan mutu pendidikan agar lebih merata kepada lebih banyak sekolah dan daerah. Di situlah peran Kemendikbudristek menginisiasi program sekolah penggerak. Program ini mendorong sekolah-sekolah melakukan transformasi diri meningkatkan mutu pembelajaran di tingkat internal, kemudian mengimbaskan ke sekolah lain untuk melakukan peningkatan mutu serupa. Sekolah penggerak kunci bonus demografi pada 2030, yang muaranya mewujudkan anak bangsa yang berkemajuan dan berkeadaban yang memiliki ketrampilan meliputi literasi dasar, kompetensi dan karakter.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya