Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Perang Rusia-Ukraina dan Dilema PLTN Jerman

Markus Wauran, Wakil Ketua Dewan Pendiri HIMNI
15/3/2022 20:00
Perang Rusia-Ukraina dan Dilema PLTN Jerman
Markus Wauran(Dok pribadi)

PERANG Rusia-Ukraina memberi dampak luar biasa bagi negara-negara Eropa khususnya dalam bidang energi. Itu karena apabila Rusia menghentikan pemasokan sumber energi fosil seperti gas, minyak, dan batubara ke-Eropa sebagai balasan atas sanksi AS dan beberapa negara Eropa kepada Rusia di berbagai bidang, mereka akan menderita berkepanjangan. 

Keputusan Presiden Vladimir Putin menyerang Ukraina saat musim dingin tertinggi di Eropa (Februari), membuat situasi makin runyam bagi sejumlah negara. Dengan suhu udaranya di bawah 0 derajat celsius, negara-negara Eropa membutuhkan pasokan energi di atas rata-rata. Kenyataan ini sangat mengkhawatirkan Jerman sebagai salah satu negara yang bahan bakar energinya dipasok Rusia. 

Sanksi yang dikenakan AS dan beberapa negara lainnya dalam berbagai bidang kepada Rusia, ditentang beberapa negara Eropa. Para pemimpin Jerman, Inggris, dan Belanda seperti dilansir kompas.com (7/3), memperingatkan jangan tiba-tiba melarang impor energi dari Rusia sebagai bagian dari sanksi terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina. Alasan mereka adalah tidak ada pasokan alternatif yang bisa segera menggantikannya. 

Peringatan itu muncul setelah Amerika Serikat pada Minggu (6/3) mengatakan sedang dalam diskusi aktif dengan negara-negara Eropa tentang menutup impor minyak Rusia, sebagai sanksi ekonomi lebih lanjut atas agresi Moskwa tersebut. "Eropa memang tidak memasukkan pasokan energi dari Rusia ke dalam sanksi. Memasok Eropa dengan energi untuk pembangkit panas, mobilitas, pasokan listrik, dan industri belum bisa diamankan dengan cara lain saat ini," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz dikutip AFP. 

Oleh karena itu, lanjut Scholz, sangat penting untuk penyediaan layanan publik dan kehidupan sehari-hari warga Jerman. Fakta menunjukan bahwa Rusia adalah salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia dan pemasok utama gas alam. Jerman sebagai negara dengan perekonomian terbaik di Eropa sangat bergantung pada bahan bakar fosil Rusia. Mereka mengimpor sekitar 55% gasnya, 40% minyak bumi, dan batu bara dari Rusia. Bahkan kebutuhan gas Uni Eropa 40% bergantung pada Rusia dan 27% kebutuhan minyak. 

Dengan ketergantungan Jerman pada pasokan energi dari Rusia timbul dilema bagi keberadaan PLTN Jerman, apakah akan menutup seluruhnya pada 2022 yang masih tersisa tiga unit yang sedang beroperasi. Tiga unit ditutup pada 31 Desember 2021 dari awalnya berjumlah 30 unit. Adapun tiga unit yang tersisa memasok 11,3% dari kebutuhan energi Jerman, terdiri dari; 1. Emsland, tipe PWR, berlokasi di Lingen dengan gross capacity 1406MW. 2. Isar-2, tipe PWR, berlokasi di Essenbach dengan gross capacity 1485MW. 3. Neckarwestheim-2, tipe PWR, berlokasi di Neckarwestheim dengan gross capacity 1400MW.

Akibat kerawanan ketergantungan energi pada negara lain, timbul pertanyaan apakah Jerman akan kembali membangun PLTN? Dalam catatan sejarah PLTN Jerman, Kanselir (Perdana Menteri) Jerman Angela Dorothea Merkel pada konferensi ekonomi Partai CDU (Christlich Democratische Union Deutschlands/Partai Demokrat Kristen) pertengahan Juni 2008, mengatakan bahwa kebijaksanaan Pemerintah untuk menutup PLTN merupakan kesalahan dan harus direvisi. 

"Menutup PLTN merupakan kesalahan karena itu sumber energi paling aman di dunia. Jerman harus membuat kebijakan energi yang bagus. Apa yang kita lakukan saat ini mengurung usaha keberagaman produksi energi, dibanding mengambil sebuah langkah untuk mengembangkannya. Bukan sikap terbaik bagi Jerman sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Eropa jika kita harus membeli energi nuklir dari Prancis dan Finlandia hanya karena kita menutup PLTN kita sendiri," tegas ilmuwan/peneliti dengan gelar doktor di bidang kimia fisik ini.

Pernyataan Kanselir Angela Merkel ini sebagai reaksi dari keputusan Kanselir sebelumnya yaitu Gerhard Schroeder (1998-2005) dari Partai SPD (Sozial Demokratische Partei Deutschlands/Partai Demokrat Sosialis)  yang mengambil kebijakan akan menutup semua PLTN Jerman pada 2021. Jerman bukan hanya menguasai teknologi bidang nuklir baik energi maupun aplikasi nuklir, melainkan juga teknologi lain yang populer dan menjadi ikon dunia, seperti; 1. Daimler, perusahaan truk terbesar kedua di dunia dan perusahaan otomotif terbesar ke-13 di dunia. Produk Daimler yang paling terkenal adalah Mercedes-Benz dan Mitsubishi Fuso. Nama Daimler didirikan oleh Gottlieb Wilhelm Daimler, penemu dan pionir di bidang otomotif Jerman. 

2. BMW, perusahaan otomotif yang didirkan pada 1916 dan identik dengan merek-merek mobil mewah. Perusahaan ini juga melahirkan merek Mini Cooper dan Rolls-Royce. Sejak 1923 juga memproduksi sepeda motor yang sama-sama menyasar kelas atas. 3. SIEMENS, engineering terbesar di Eropa. Sebuah perusahaan konglomerat multi-nasional yang berkantor pusat di Berlin dan Muenchen. Divisi utama perusahaan adalah industri, energi, kesehatan, dan infrastruktur yang merupakan kegiatan utama. Perusahaan ini pembuat peralatan diagnosa medis terkemuka. 

4. BASF. Chemical & Engineering News (C&EN) majalah yang diterbitkan The American Chemistry Council menobatkan BASF sebagai perusahaan kimia terbesar di dunia. Bisnis BASF bergerak di bidang produksi bahan kimia, plastik, katalis, pelapis, pengembangan teknologi tanaman, eksplorasi dan produksi minyak mentah dan gas alam. 5. BOSCH. Perusahaan elektronik dan teknik yang menjadi pemasok komponen otomotif terbesar di dunia. Mereka juga memproduksi alat-alat pertukangan,sistem keamanan seperti CCTV dan peralatan rumah tangga. 6. BAYER. Memproduksi farmasi yang begitu terkenal di Indonesia. Selain obat untuk manusia, perusahaan ini juga memproduksi obat untuk hewan ternak. 

7. DB SCHENKER adalah anak usaha Deutsche Bahn AG, satu korporasi kereta api raksasa terbesar kedua di dunia di bidang transportasi setelah Deutsche Post/DHL. Bisnis DB Schenker tak jauh dari bisnis induknya, yaitu fokus bergerak di bidang logistik darat, laut, dan udara. 8. SAP adalah perusahaan perangkat lunak terbesar di Eropa. Perusahaan ini didirikan pada 1972 dengan nama Systemanalise und Programmentwicklung oleh lima mantan karyawan IBM.  

9. LUFTHANSA,  maskapai penerbangan terbesar di Eropa baik dari segi jumlah penumpang keseluruhan dan ukuran armada bila dikombinasikan dengan anak perusahaan. 10. B BRAUN MEDICAL adalah perusahaan perangkat farmasi dan medis yang memiliki kantor dan fasilitas di lebih 50 negara. Perusahaan ini didirikan pada 1839 dan masih dimiliki oleh keluarga Braun hingga kini. 11. Meyer Werf, salah satu perusahan produsen kapal terbesar dan termodern di dunia. Didirikan pada awal 1795 oleh Willm Rolf Meyer dan sebagai perusahan keluarga yang sampai saat ini telah dikelola oleh delapan generasi. Perusahan ini memproduksi jenis kapal penumpang, kapal pesiar, kapal riset, kapal feri, dan kapal ternak. Dockhalle 2 milik perusahaan ini merupakan galangan kapal terbesar ketiga di dunia, dan merupakan bangunan dengan luas ruang yang dapat dipakai terbesar kelima di dunia. Kapal penumpang PELNI sejak Kambuna dan sebagainya diproduksi oleh perusahan ini.

Latar belakang

Pada saat Kanselir Gerhard Schroeder mengambil keputusan Jerman tidak akan membangun PLTN lagi, serta akan menutup semua PLTN pada 2021, PLTN di Jerman berjumlah 30 unit. Saat keputusan tersebut ditetapkan, PLTN yang sedang beroperasi 17 unit dan yang telah permanent shutdown berjumlah 13 unit. Menjadi pertanyaan, apa alasan/latar belakang Schroeder mengambil keputusan itu mengingat PLTN untuk memasok kebutuhan listrik di Jerman saat itu sebesar 30%.

Dari berbagai berita, latar belakang keputusan dari Schroeder karena dia akan menjadi Chairman of Rosneft Oil Company milik Rusia. Rosneft adalah sebuah perusahaan minyak terintegrasi yang sebagian besar sahamnya dimiliki pemerintah Rusia. Rosneft berkantor pusat di distrik Balchug di Moskow, dekat Kremlin. Rosneft Oil Company adalah salah satu perusahaan papan atas Rusia yang cukup terintegrasi bergerak dalam bidang energi. Ia mengkhususkan diri dalam kegiatan eksplorasi, ekstraksi, produksi, pemurnian, transportasi, dan penjualan minyak bumi dan gas alam (migas), serta sejumlah produk minyak bumi. 

Di samping itu, Schroeder akan ditunjuk menjadi Kepala Proyek Pembangunan Nord Stream-2, milik perusahaan Gazprom (Gazovaya Promyshlennost/industri gas) dari Rusia. Gazprom adalah sebuah perusahaan energi multi-nasional milik negara yang berkantor pusat di Lakhta Center, Saint Petersburg. Perusahaan ini merupakan perusahaan gas alam publik terbesar di dunia dan merupakan perusahaan dengan pendapatan terbesar di Rusia. 

Gazprom terintegrasi secara vertikal dan aktif di semua sektor dari industri gas, termasuk eksplorasi dan produksi, pemurnian, transportasi, distribusi dan pemasaran, serta pembangkitan listrik. Nord Stream-2 adalah proyek pembangunan pipa gas dari lokasi di Ust Luga Rusia menuju lokasi Grelfswald di Timur Laut Jerman melalui laut Baltik yang panjangnya sekitar 1.230 Km dengan anggaran sekitar US$11 miliar. Pipa Nord Stream 2 adalah jalur pipa gas alam antar Rusia dan Jerman. 

Saat ini jalur pipa itu sebenarnya sudah rampung, hanya saja belum beroperasi. Ini merupakan kelanjutan Nord Stream-1 yang telah beroperasi di jalur yang sama sejak 2011 di dalam laut Baltik. Mengutip Euronews, konstruksi sudah dimulai sejak Mei 2018 dan selesai 10 September 2021. Pemilik pipa Nord Stream-2 adalah Gazprom. BUMN Rusia itu mengambil alih setengah dari biaya proyek senilai US$ 11 miliar, dan sisanya ditanggung konsorsium perusahaan Eropa yakni MV (Austria), Wintershall Dea (Jerman), Engie (Prancis), Uniper (Jerman), dan Shell (Inggris). 

Idealnya, jika sah beroperasi, seharusnya Nord Stream mengirimkan 55 miliar meter kubik gas setiap tahun ke 26 juta rumah tangga potensial di Jerman. Tetapi proyek tersebut masih memerlukan sertifikasi dari otoritas Jerman sebelum dapat mulai mengirimkan gas. Di sisi lain, proyek ini kontroversial bagi sejumlah negara di kontinen itu seperti Ukraina dan Polandia. Karena ini akan menghilangkan skema 'biaya transit' dari alur pengantaran gas sebelumnya. 

Akibat dampak tersebut Ukraina dan Polandia tidak setuju dengan pembangunan Nord Stream-2 karena sumber pendapatan mereka berkurang. Demikian juga dengan AS. Presiden Donald Trump menunjukkan sikap tidak setuju dengan proyek Nord Stream-2. Dia memperingatkan perusahan-perusahaan barat yang berinvestasi di proyek tersebut akan terkena sanksi dari AS. Bahkan dalam konperensi pers 16 Juni 2019 seperti dilansir CNBC International, Trump yang didampingi Presiden Polandia Andrezej Duda mengulangi sikapnya dengan mengatakan bahwa "Saya pikir itu adalah sesuatu yang tengah saya pertimbangkan dan pikirkan, karena sayalah yang mengemukakan masalah saluran pipa itu. AS dan banyak negara Eropa lainnya khawatir pipa itu akan membantu Rusia melewati infrastruktur di Ukraina, dan memungkinkan Moskow untuk menggunakan pasokan energi sebagai senjata melawan tetangganya itu (Ukraina) tanpa mengganggu aliran energi ke Eropa Barat."

Di balik pernyataan Trump ini, memang AS sangat berkepentingan untuk membatalkan proyek ini karena khawatir pasokan gas dan bahan bakar fosil lainnya dari AS ke Eropa terganggu/berkurang karena tidak bisa bersaing dari segi harga dan volume, sehingga merugikan secara ekonomi. Walaupun Rusia dan Jerman menegaskan Nord Stream-2 adalah proyek murni ekonomi, tapi ada alasan utama yang tersembunyi di balik itu. Rusia mengkhawatirkan suatu saat nanti Ukraina bisa menyabotase penyaluran gas ke Eropa sehingga bisa merugikan Rusia. 

Kejelian Putin

Kekhawatiran ini muncul karena antara Rusia dan Ukraina sudah mulai timbul ketegangan karena keinginan Ukraina untuk gabung menjadi anggota NATO. Sesuatu hal yang sangat ditentang Rusia, karena merasa terancam dengan kedaulatannya serta pengaruh dan hubungan baik dengan beberapa negara pecahan dari Uni Soviet. Suatu hal yang harus diakui bahwa Putin mampu menerobos Jerman dengan proyek Nord Stream-2 ini karena kejelian membangun hubungan yang sangat dekat dengan Schroeder sejak 1997 bahkan mungkin sebelumnya. 

Menjadi pertanyaan juga apakah Merkel sebagai pengganti Schroeder punya hubungan khusus dengan Putin, mengingat ia pernah tinggal di Jerman Timur. Putin saat itu bertugas di Jerman Timur sebagai anggota KGB (badan intelijen Rusia) dari 1985-1989. Pertanyaan ini muncul karena saat Merkel berkuasa, pembangunan Nord Stream-2 berjalan terus walau di tengah tantangan berbagai pihak, dan selesai pada 2021 sebelum dia mengakhiri masa jabatannya. 

Di sisi lain Merkel tidak mampu untuk kembali membangun PLTN karena posisi partainya di Parlemen (Bundestag) Jerman tidak pernah mencapai mayoritas, sehingga selalu berkoalisi dengan partai lain di antaranya Partai SPD yang menjadi rivalnya setiap pemilu Jerman. Apakah semua ini terjadi karena ada peranan Putin secara tersembunyi? Di sinilah kelebihan dan kehebatan Putin dalam jejak karirnya sampai menjadi Presiden Rusia beberapa periode sampai saat ini.

Dengan rawannya ketergantungan energi pasokan dari negara lain, timbul pertanyaan apakah Jerman akan kembali membangun PLTN? Faktanya Jerman sangat menguasai teknologi nuklir. Menurut Dr As Natio Lasman, lulusan Fakultas Tehnik RWTH Aaachen, Jerman 1992, reaktor tipe HTGR adalah desain dari Jerman tipe THTR-300 (thorium high temperature reactor). HTGR (yang sekarang dikembangkan dengan nama VHTR/very high temperature reactor) masuk dari 6 tipe generasi-4 di samping SFR (sodium-cooled fast reactor), GFR (gas-cooled fast reactor), liquid metal cooled fast reactor (LFR), super critical water-cooled reactor (SCWR) dan molten salt reactor (MSR). 

Ke-6 jenis reaktor ini sebagai generasi ke-4 sedang dikaji oleh 13 negara yang tergabung dalam GIF (generation IV information forum) sejak 2001. Semua tipe reaktor ini sebagai generasi ke-4 direncanakan masuk komersial pada 2030 jika berjalan lancar. Apakah Jerman akan membangun kembali PLTN, memang suatu dilema, mengingat Kanselir Olaf Scholz satu partai dengan Schroder. Jadi keputusan politik juga yang akan menentukannya. 

Keberadaan PLTN di Jerman sangat terkait erat dengan kepentingan ekonomi pribadi yang berkuasa (juga termasuk kepentingan partainya), yang dalam perkembangannya memberi dampak sangat merugikan bagi ketahanan energi Jerman saat terjadi perang Rusia-Ukraina. Keberadaan PLTN di Indonesia mirip-mirip dengan Jerman karena kepentingan oligarki (politisi yang berkuasa dengan pengusaha). Bedanya, PLTN di Jerman sudah terbangun lalu ditutup, sedangkan Indonesia belum terbangun karena dihalangi mafia yang berlindung pada kekuatan oligarki. 

Dari pengalaman yang dialami negara-negara Eropa soal energi akibat perang Rusia dan Ukraina, khususnya yang dialami oleh Jerman, ada beberapa pelajaran beharga bagi bangsa kita; Pertama, jangan tergantung pada sektor energi tertentu tapi berupaya membangun diversifikasi energi sebanyak mungkin. Kedua, jangan membangun sektor energi yang tergantung pada satu negara/blok negara tertentu, termasuk teknologinya. Itu karena sangat rawan sabotase jika terjadi perbedaan politik, kepentingan ekonomi dan lainnya yang berdampak pada berbagai tekanan dan ancaman dari satu negara, kelompok regional, maupun internasional  yang membawa kerugian bagi kepentingan negara, termasuk harga diri dan jati diri bangsa.

Ketiga, Indonesia dengan politik luar negeri yang bebas-aktif didukung dengan geopolitik dan geostrategis yang penuh peluang juga tantangan, harus mampu dan berani menetapkan kebijakan energi untuk memperkuat modal tersebut. Keempat, untuk memperluas diversifikasi energi, merehabilitasi iklim, mengurangi Co2, mengembangkan energi hijau, serta memperkuat ketahahan energi sekaligus ketahanan nasional, sudah saatnya PLTN segera dibangun di Indonesia tanpa diperdebatkan lagi, karena Indonesia telah memenuhi syarat untuk membangunnya. 50 tahun lebih dari cukup diperdebatkan dan dipermainkan oleh mafia energi.

Kelima, penguasaan dan pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai adalah ide dan program strategis Presiden Soekarno untuk membangun Indonesia jauh ke depan yang dimulai dengan pembangunan reaktor Triga Mark di Bandung yang beroperasi sejak 1965 sampai sekarang, perlu dilanjutkan dan ditingkatkan Presiden Jokowi. Menjadi pengagum Bung Karno bukan hanya mendukung ide dengan pidato, tapi secara istimewa mewujudkannya dan Presiden Jokowi memiliki kemampuan dan kekuatan untuk itu. 

Keenam, untuk sesegera mungkin membangun PLTN di Indonesia, Presiden Jokowi dengan sikap arif dan bijaksana urun-rembuk bahkan berani menertibkan para pembantunya di kabinet yang berprofesi sebagai pengusaha sekaligus penguasa, untuk bulat mendukung dan tidak menghalangi pembangunan PLTN. Itu untuk memenuhi amanat sejarah dan kepentingan bangsa, bahkan mereka didorong menjadi pemegang saham untuk membangun PLTN agar tidak membebani APBN. 

Ketujuh, jika kelak terjadi perang di Timur Tengah, pandemi berkepanjangan yang berakibat transportasi lumpuh, atau bencana alam dahsyat, hanya PLTN yang mampu melanjutkan operasinya karena bangunannya sangat kokoh. Selain itu bahan bakarnya sekali pakai bisa bertahun-tahun dan jumlahnya sedikit dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya. Untuk membangun PLTN, Indonesia harus belajar dari sejarah dan jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya