Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
GURU memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan atau kegagalan siswa. Keberhasilan atau kegagalan siswa sering kali dianggap hanya menjadi tanggung jawab guru. Biasanya, guru sering lupa kepada siswanya yang berhasil. Mereka lebih sering mengingat siswanya yang dianggap gagal, dan ini sering sekali membuat guru merasa gagal, merasa bersalah, dan tanpa disadari--dalam beberapa kasus--membuat guru menjadi depresi.
Keberhasilan atau kegagalan siswa biasanya juga sering dikaitkan dengan capaian ilmu pengetahuan (kognitif). Sementara ilmu pengetahuan semakin berkembang sangat cepat dan pesat, yang pada gilirannya menuntut guru untuk selalu meningkatkan kapasitas keilmuannya sehingga proses pembelajaran yang dilakukan bisa berjalan beriringan dengan perkembangan zaman.
Kendati demikian, di tengah tuntutan akademik dan pertumbuhan sikap siswa yang tinggi terhadap guru, guru juga harus selalu bahagia. Pertanyaannya, apa parameter kebahagiaan guru? Secara umum kebahagiaan seseorang diukur dari sudut pandang materi. Pandangan umum ini tentu saja tidak salah karena memang setiap orang membutuhkan materi untuk menunjang segala aktivitasnya.
Namun, keberadaan materi belum tentu membuat orang sepenuhnya bahagia. Karena, menurut beberapa literatur, kebahagiaan terkait dengan pola pikir dan sikap dalam menghadapi setiap masalah. Setidaknya, menurut Gobin Vashdev (2012) dalam bukunya, Happiness Inside, ada tiga sikap yang bisa membuat guru merasa bahagia, yaitu terus belajar, mental positif, dan bersyukur.
Terus belajar
Guru bukanlah orang pintar yang mengetahui segalanya. Sebagaimana umumnya manusia, guru juga memiliki kemampuan intelektual yang terbatas. Proses globalisasi menuntut guru untuk terus mengembangkan kemampuan intelektualnya melalui proses belajar. Gobind Vashdev (2012) menyatakan bahwa kemampuan intelektual didapat melalui proses pemikiran dari sekumpulan pengalaman masa lalu yang kita alami dan rasakan sendiri atau kita baca dan dengar dari orang lain.
Ada beberapa alasan kenapa guru harus terus belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Suyitna (2017) yaitu, pertama, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus berdasarkan prinsip profesionalisme yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni menuntut guru untuk harus belajar beradaptasi dengan hal-hal baru yang berlaku saat ini. Ketiga, karakter siswa yang senantiasa berbeda dari generasi ke generasi menjadi tantangan tersendiri bagi guru.
Guru yang bahagia adalah guru yang memiliki keinginan untuk terus belajar tanpa lelah. Kemauan untuk terus belajar harus terpatri dalam diri setiap guru. Guru yang terus belajar mampu menempatkan diri menjadi guru profesional yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya. Kapan guru harus belajar? Waktu belajar bagi guru adalah sepanjang waktu karena setiap waktu adalah kesempatan bagi guru untuk terus memperluas wawasan melalui berbagai sumber belajar seperti buku, kegiatan seminar, pelatihan, dan sebagainya.
Memperluas wawasan merupakan salah satu sumber kebahagiaan guru. Dengan wawasan yang luas, guru tidak hanya mampu mengembangkan pengetahuan siswa, tapi juga dapat membantu membentuk karakter siswa. Ilmu pengetahuan dan karakter yang baik merupakan unsur penting dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Mental positif
Mental positif memiliki pengaruh yang besar terhadap guru. Bagaimana guru mampu membangun mental positif yang baik? Semua tergantung sistem keyakinan dan kepercayaan terhadap seluruh kemampuan yang dimiliki. Menurut Gobind Vashdev (2012), manusia adalah makhluk kebiasaan, dan semua sistem kepercayaan, nilai, aturan, atau mudahnya sifat yang ada dalam diri manusia, semuanya terbentuk dari pengalaman atau kebiasaan masa lalu.
Parker J Palmer (2009) dalam The Courage to Teach menyatakan bahwa kemampuan untuk bisa mendidik siswa dengan baik bergantung pada hubungan kepercayaan. Hubungan kepercayaan sangat bergantung pada kemampuan pendidik menjelajahi ruang nurani hidupnya sendiri. Integritas guru mampu membentuk ulang pola kehidupan sehingga kepribadian dan profesionalitas yang terarah mampu terbentuk secara berkelanjutan. Sejatinya pengajaran yang baik berasal dari identitas dan integritas guru.
Pada dasarnya, semua kepercayaan, nilai, dan aturan yang ada dalam diri manusia memiliki sifat yang baik, hanya saja perlu dikembangkan agar mampu membentuk mental yang positif yang mampu mendorong guru untuk terus mengasah potensinya. Dengan demikian, pandangan positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan akan selalu terbuka.
Selain itu, mental positif juga dapat dibangun melalui penerapan kata-kata positif dalam setiap komunikasi dan perilaku, baik dengan sesama rekan kerja maupun siswa. Secara tidak langsung hal ini juga akan memberikan dampak pada pembentukan mental positif bagi peserta didik dan lingkungan belajar. Mental positif guru yang dibangun atas dasar keyakinan dan kepercayaan akan menciptakan guru yang profesional.
Bersyukur
Jarnuji (2016) mengatakan bahwa rasa syukur yang besar kepada Tuhan mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Rasa syukur membuat guru lebih bahagia karena rasa syukur mampu mengalirkan energi positif dari ilmu pengetahuan sehingga mampu menginspirasi siswa untuk bisa lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Guru akan lebih bahagia jika mampu menginspirasi siswa untuk belajar lebih giat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Guru yang bahagia adalah guru yang tidak membebani dirinya dengan orientasi mendapatkan imbalan. Bahagia akan terbentuk dari pengabdian dan tanggung jawab mendidik serta mengajarkan nilai-nilai penting dan inspiratif kepada siswa tanpa mengharapkan balas dan jasa. Gobin Vashdev (2012) mengungkapkan bahwa tinggi rendahnya tingkat kebahagiaan seseorang berbanding lurus dengan tinggi rendahnya rasa syukur. Dengan kata lain, guru yang bahagia adalah guru yang selalu bersyukur.
Guru merupakan sosok yang mampu memberikan pengaruh bagi seluruh manusia di muka bumi. Dengan mengembangkan tiga sikap mental di atas, diharapkan guru mampu memberikan makna yang mendalam bagi siswa, bersemangat dalam membangun peradaban bangsa, dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan dalam memajukan pendidikan Indonesia.
Di samping itu, guru juga diharapkan agar terus belajar, memiliki mental yang positif, serta selalu bersyukur agar merasa bahagia. Sejatinya kebahagiaan bukanlah seberapa besar materi yang kita dapatkan. Kebahagiaan adalah seberapa banyak kita mampu mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri kita agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved